AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil daris ebuah pendapat yang diungkapkan di Twitter telah memicu perdebatan hangat tentang diskriminasi yang mengakar terhadap para otaku di Jepang, menciptakan gelombang refleksi tentang evolusi persepsi sosial terhadap komunitas ini. Pengguna tersebut berbagi kenangan tentang masa ketika diskriminasi terhadap para otaku merupakan hal yang biasa, menggambarkan bagaimana mereka dianggap “jorok” dan dihindari oleh orang-orang di sekitar mereka.
“Gue lupa betapa gampangnya hidup buat para otaku sekarang, tapi pas gue masih kecil, diskriminasi terhadap para otaku itu masih jadi hal yang biasa, normal aja kalo otaku dianggap ‘jorok’ dan ga ada yang mau deketin mereka. Tapi, mungkin orang-orang yang udah 30an atau lebih tua masih punya prasangka ini,” tulisnya.
Pesan ini mendapat resonansi yang dalam di forum-forum komentar Jepang, di mana banyak pengguna mengingat kembali stigma dan stereotip negatif yang telah menemani para otaku selama beberapa dekade. Dari era di mana para otaku dilihat sebagai orang buangan sosial hingga masa kini, di mana masih ada persepsi negatif tentang minat dan perilaku mereka, diskriminasi terhadap komunitas ini telah menjadi realitas yang persisten dalam masyarakat Jepang.
Para otaku, yang didefinisikan sebagai penggemar obsesif terhadap budaya pop Jepang, seperti anime, manga, dan video game, telah menghadapi stereotip yang menggambarkan mereka sebagai anti-sosial, tidak cocok, atau bahkan berbahaya. Persepsi negatif ini telah diperkuat oleh representasi media dan budaya yang sering kali menggambarkan para otaku secara negatif, berkontribusi pada stigmatisasi dan diskriminasi.
Alasan di balik diskriminasi yang mengakar ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk kecenderungan manusia untuk takut atau menolak sesuatu yang tidak dikenal atau berbeda. Selain itu, masyarakat Jepang tradisional menghargai konformitas dan keseragaman, yang mengarah pada pengucilan terhadap mereka yang menyimpang dari norma-norma budaya dan sosial yang telah ditetapkan.
“Bukan masalah ‘otaku itu tidak jorok’, tapi lebih ke ‘sekarang sudah ga keren lagi buat nyakitin hati para otaku’, tapi mereka tetap aja jorok seperti biasanya,” jawab seseorang.
Meskipun ada kemajuan dalam penerimaan dan pemahaman tentang budaya otaku dalam beberapa tahun terakhir, seperti popularitas global anime dan manga, stigma dan prasangka tetap ada di beberapa sektor masyarakat Jepang. Dan lo, apa pendapat lo?