AniEvo ID – Halow sobat AniEvo, apa kabar? Semoga lo yang baca selalu dalam keadaan sehat dan bahagia ya! Kali ini gw mau nge-share soal tren nikah di Jepang.
Punya julukan negeri sakura, Jepang tidak terlepas dari keabsurdannya. Jepang salah satu negara di Asia dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. Udah banyak sekolah-sekolah di Jepang yang terpaksa tutup gara-gara nggak ada lagi siswanya. Sedih banget nggak sih?
Makanya pemerintah Jepang ngelakuin banyak hal buat anak-anak muda di sana biar segera menikah. Ini lah yang ngebuat tren pernikahan tanpa cinta dan hasrat seksual mulai banyak diadopsi.
Tren ini disebut Friendship Marriage atau Pernikahan Persahabatan. Mereka yang ngadopsi tren ini termasuk individu aseksual, homoseksual, dan heteroseksual yang kecewa dengan pernikahan tradisional.
Emang apa sih Friendship Marriage?
Friendship Marriage bisa diartikan sebagai hubungan pernikahan dengan tinggal bersama berdasarkan keinginan dan nilai bersama. Dalam hubungan ini, pasangan yang menikah tanpa cinta atau ketertarikan seksual.
Mereka juga bisa tinggal bareng atau terpisah. Jika mutusin punya anak, mereka gunain inseminasi buatan. Selain itu, kedua individu bebas menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan asalkan ada kesepakatan bersama.
“Saya tidak cocok menjadi pasangan seseorang, tapi saya bisa menjadi teman yang baik. Saya hanya ingin bersama orang dengan selera yang sama dan melakukan hal-hal yang kami nikmati, mengobrol dan tertawa,” kata orang yang telah menjalankan Friendship Marriage dan tidak disebutkan namanya.
Sebelum menikah, mereka biasanya ngabisin waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk nyepakati hal-hal kecil. Contohnya apakah akan makan bareng, bagaimana cara membagi pengeluaran, siapa yang nyuci pakaian, dan lain sebagainya.
Siapa aja yang ngadopsi Friendship Marriage?
Menurut Colorus, mereka yang tertarik dengan konsep Friendship Marriage rata-rata berusia 32 tahun dengan pendapatan melebihi rata-rata nasional. Sekitar 85 persen punya gelar sarjana atau lebih tinggi.
Tren ini sangat menarik bagi individu aseksual dan homoseksual. Banyak orang aseksual yang tidak mampu merasakan hasrat seksual atau jatuh cinta masih mendambakan koneksi dan persahabatan.
Sementara kelompok homoseksual mungkin memilih pernikahan persahabatan sebagai alternatif karena pernikahan sesama jenis tidak sah di Jepang.
Beberapa generasi muda heteroseksual yang tidak menyukai pola pernikahan tradisional atau hubungan romantis, tapi rentan terhadap tekanan masyarakat, ikut ngadopsi konsep ini.
Kantor Kabinet Jepang ngungkapin, ada 75 persen orang Jepang yang berusia 30-an masih mandang pernikahan sebagai tujuan hidup. Namun, 47,2 persen pasangan menikah di Jepang belum ngelakuin hubungan seks dalam sebulan terakhir. Menurut survei tahun 2016, jumlah itu terus naik.
Mereka yang ngadopsi Friendship Marriage biar nyenengin orang tua atau dipandang dewasa di masyarakat. Di Jepang, menikah punya keuntungan pajak dan masih sangat sulit bagi perempuan jomblo untuk punya anak.
Kalo di Indonesia, konsep ini kayaknya nggak bisa diadopsi deh. Selain bakal banyak yang protes, warga Indonesia juga masih banyak yang ikutin adat atau leluhurnya. Jadi, kalo lo mau pake konsep ini, bisa aja orang tua lo marah-marah wkwkwk. Eh tapi kalian yang baca ada nggak nih yang tertarik coba?