AniEvo ID – Gue baru-baru ini baca survei yang cukup menarik, khususnya buat kita yang lagi ngikutin perkembangan karier dan ekonomi di Jepang. Ternyata, banyak banget pelajar yang bakal lulus di tahun 2025, ngerasa kurang puas sama gaji yang ditawarin perusahaan-perusahaan di Jepang. Survei yang dilakuin Mynavi Corp., perusahaan informasi ketenagakerjaan besar di Jepang, nunjukin lebih dari 60% mahasiswa yang disurvei lagi mikir buat ambil kerja sampingan atau mulai investasi sebagai cara buat menyiapkan masa depan finansial mereka.
Survei ini ngelibatin mahasiswa universitas dan sekolah vokasi yang dijadwalkan lulus pada Maret 2025, dan diadain sepanjang November 2023 sampai September 2024. Hasilnya nunjukin bahwa mahasiswa Jepang sekarang udah mulai cemas banget soal kondisi ekonomi yang nggak menentu. Mereka ngelihat masa depan finansial sebagai sesuatu yang samar dan nggak pasti.
Gaji Nggak Sesuai Ekspektasi, Kerja Sampingan Jadi Solusi
Dari survei ini, lebih dari 60% mahasiswa yang bakal lulus tahun depan ngaku kalau mereka nggak puas sama gaji awal yang ditawarin sama perusahaan-perusahaan yang mereka targetin. Banyak dari mereka mulai mikir buat ambil kerjaan sampingan sebagai solusi buat nutupin kekurangan gaji tersebut. Alasan utamanya? Tentu aja, kecemasan finansial soal masa depan.
Beberapa kekhawatiran yang paling sering muncul adalah, “Gue nggak yakin punya cukup tabungan buat pensiun,” yang disampaikan oleh 39,4% responden. Selain itu, 35,9% lainnya khawatir ekonomi Jepang bakal makin memburuk di masa depan. Dan yang nggak kalah menarik, 30,8% mahasiswa ngaku takut mereka nggak bakal bisa nerima pensiun sama sekali.
Ini nunjukin bahwa generasi muda Jepang makin sadar kalau mereka nggak bisa sepenuhnya ngandelin satu sumber penghasilan aja buat jamin masa depan mereka. Bahkan ada yang bilang kalau sekarang ini, mereka nggak terlalu yakin sama sistem keuangan dan pensiun yang ada di Jepang, yang akhirnya bikin mereka nyari alternatif lain, seperti kerja sampingan atau investasi.
Tren Investasi di Kalangan Mahasiswa
Selain kerja sampingan, investasi juga jadi salah satu hal yang mulai banyak dipikirin sama mahasiswa Jepang. Sekitar 76,9% mahasiswa yang disurvei bilang kalau mereka lagi serius mempertimbangkan buat investasi, dan 18,6% lainnya udah pasti bakal mulai investasi setelah lulus. Ini tren yang cukup menarik, karena biasanya investasi itu identik sama orang-orang yang udah lebih tua atau punya karier mapan. Tapi sekarang, makin banyak anak muda yang ngelihat investasi sebagai cara buat ngamanin masa depan finansial mereka.
Alasan yang mirip dengan kerja sampingan, yaitu buat nyiapin masa depan yang lebih aman secara finansial, jadi motivasi utama buat investasi. Kondisi ekonomi yang nggak pasti bikin banyak orang mulai mikir buat nyimpen sebagian uang mereka di investasi daripada cuma ngandelin gaji aja.
Kecemasan Soal Menikah di Tengah Tekanan Finansial
Selain cemas soal pensiun dan investasi, ada hal menarik lain yang muncul dari survei ini: sekitar 26,6% mahasiswa ngaku kalau mereka pengen nikah, tapi bingung apakah mereka bisa beneran mewujudkan hal itu gara-gara alasan finansial. Banyak dari mereka merasa kalau tekanan finansial bisa bikin rencana buat nikah dan bangun keluarga jadi nggak mungkin diwujudkan dalam waktu dekat.
Ini nunjukin kalau masalah finansial nggak cuma ngaruh ke masa depan karier mereka, tapi juga kehidupan pribadi dan hubungan. Satu dari empat mahasiswa bahkan ragu buat nikah karena nggak yakin bisa ngelola keuangan dengan baik di masa depan.
Penutup: Masa Depan yang Tidak Pasti
Jadi, dari survei ini, jelas banget kalau mahasiswa Jepang yang bakal lulus di tahun 2025 udah mulai mikir keras tentang gimana cara ngejamin masa depan mereka. Mulai dari kerja sampingan, investasi, sampai rencana nikah, semua hal ini dipengaruhi oleh kecemasan soal kondisi finansial yang nggak pasti. Tekanan ekonomi di Jepang yang terus meningkat bikin mereka nggak punya pilihan selain nyari solusi lain buat amankan masa depan mereka.
Kesimpulannya, lulusan 2025 di Jepang menghadapi banyak kecemasan finansial yang serius, mulai dari ketidakpuasan terhadap gaji yang ditawarkan perusahaan, kekhawatiran tentang pensiun, hingga ketidakpastian ekonomi Jepang di masa depan. Untuk mengatasi hal tersebut, banyak mahasiswa mempertimbangkan untuk mengambil pekerjaan sampingan dan mulai berinvestasi sebagai solusi alternatif. Selain itu, tekanan finansial juga membuat sebagian dari mereka ragu untuk menikah. Tren ini menunjukkan bahwa generasi muda Jepang semakin sadar akan pentingnya mengelola keuangan secara mandiri, mengandalkan lebih dari satu sumber penghasilan, dan mencari cara untuk memastikan masa depan finansial mereka tetap aman di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.