Dikutip dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh BBC, terungkap bahwa terdapat kelompok yang melakukan pelecehan seksual di kereta api di Jepang. Mereka merekam aktivitas mereka dan menjualnya melalui situs web di China. Laporan terbaru juga mengungkapkan bahwa pasar video pelecehan publik semakin berkembang, dengan konten yang berasal dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan China.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan “chikan” di Jepang dan umumnya terjadi di transportasi umum yang padat, seperti kereta api. Pelecehan fisik seperti meraba-raba merupakan masalah sosial yang tersebar luas di Asia Timur. Kesadaran masyarakat terhadap masalah ini sangat tinggi, terlihat dari adanya poster yang dipasang di stasiun kereta yang memberikan peringatan kepada masyarakat agar tetap waspada. Bahkan, beberapa kereta api juga menyediakan gerbong khusus untuk wanita pada jam-jam sibuk guna memberikan rasa aman dan kenyamanan.
Laporan ini mengungkap situs web berbahasa Mandarin bernama DingBuZhu yang menampilkan video chikan, beberapa dijual dengan harga kurang dari $1. Jejak tersebut mengarah ke situs web lain dan akun Twitter yang membagikan video chikan. Selain itu, laporan ini menemukan grup Telegram di mana orang-orang berbagi tips tentang cara meraba-raba wanita. Investigasi juga mengungkap beberapa orang Tionghoa di Tokyo yang membuat dan menyebarkan video ini secara online kepada pelanggan.
Industri ini dikendalikan oleh seorang pria bernama Paman Qi, yang disebut sebagai “Guru Chikan”. Dia memiliki tim dengan 15 anggota, di mana 10 di antaranya berada di Tiongkok. Mereka memberikan Paman Qi 30-100 video setiap bulan, yang ia jual kepada sekitar 10.000 anggota yang kebanyakan berasal dari Cina.
Laporan dari BBC mengungkap adanya klub seks yang mensimulasikan pengalaman meraba-raba wanita di dalam ruangan yang menyerupai kereta api. Pendekatan ini dianggap sebagai layanan yang memungkinkan orang untuk menjelajahi fantasi mereka dengan persetujuan pekerja seks, dengan harapan bahwa pelanggan tidak akan melakukannya dalam kehidupan nyata.
“Saya pikir penting bagi laki-laki untuk dapat membayar untuk curhat di tempat seperti ini, sehingga mereka tidak melakukan pemerkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya,”
kata manajer klub tersebut kepada BBC.
Manajer klub tersebut berpendapat bahwa penting bagi pria untuk memiliki tempat di mana mereka dapat membayar untuk mengungkapkan fantasi tersebut, sehingga mencegah terjadinya tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual lainnya. Namun, ada kekhawatiran bahwa klub semacam itu justru memperkuat hasrat mereka dan mendorong mereka mencari konten dan pengalaman yang lebih ekstrem, termasuk terlibat dalam chikan di kehidupan nyata.