AniEvo ID – Baru-baru ini, ada orang yang gak disebut namanya ngomongin upaya pemerintah Jepang buat ngatasin krisis kelahiran. Dia nyaranin daripada kasih dukungan buat yang pengen punya anak, mendingan hukum aja yang gak mau punya anak, terutama cowok-cowok jomblo di atas 30 tahun. Dalam dokumen yang bocor, penulisnya bilang kalo orang-orang jomblo yang gak mau “settle down” harus dikasih hukuman.
Yaitu langkah-langkah buat ngatasin pernikahan terlambat. Alasan kenapa langkah ini penting udah dibahas sebelumnya, tapi singkatnya. Ada korelasi kuat antara jumlah anak dan umur pernikahan pertama. Semakin muda umur nikah pertama, semakin banyak anak yang dimiliki, dan sebaliknya. Pasangan yang nikah di umur lebih tua biasanya punya anak lebih sedikit. Banyak orang yang pengen punya anak tapi nyerah karena umurnya udah terlalu tua. Semakin lama mereka menunda nikah, semakin susah buat nikah.
Berikut komentar mengatakan
- Solusi untuk Pernikahan Terlambat: Ada dua solusi. Pertama, langkah-langkah buat dorong orang nikah muda biar gak telat nikah. Kedua, terima aja kalo pernikahan terlambat gak bisa dihindarin dan ambil langkah buat ngurangin dampak negatifnya. Pilihan kedua jelas lebih gampang secara politik. Pilihan pertama penting, tapi secara politik tabu dan susah buat diterapin. Sebaliknya, pilihan kedua lebih gampang karena statistik nunjukin persentase orang yang pengen nikah meningkat seiring bertambahnya umur, tapi setelah umur tertentu persentasenya turun
- Dukungan Orang Tua vs Dukungan Pernikahan: Ini beda sama dukungan orang tua. Dalam kebijakan, ini sering dimasukin dalam dukungan pengasuhan anak, seperti ‘memperluas bantuan publik untuk pengobatan infertilitas’. Tapi, tunjangan pengasuhan anak, biaya sekolah gratis, dan lain-lain itu dukungan yang diberikan setelah anak lahir. Ini dianggap gak efektif dan gak rasional buat ngatasi penurunan angka kelahiran.”
- Dukungan Langsung: Ngasih dukungan langsung buat orang yang pengen punya anak tapi gak bisa itu efektif, tapi karena alasan tertentu dana yang diberikan gak cukup buat ngatasi penurunan angka kelahiran. Karena ada anggaran buat ngatasi penurunan angka kelahiran, gue pikir kita harus lakuin segala yang bisa kita lakuin. Ini mungkin gak dilakukan karena orang-orang dengan atribut tertentu gak banyak bicara di ranah politik dan gak ada organisasi sosial yang bisa bicara atas nama mereka.
Mengusulkan Hukuman untuk Jomblo di Atas 30 Tahun:
- Hak Individu: Usulan ini melanggar hak individu dan kebebasan pribadi. Menghukum keputusan pribadi kayak status perkawinan adalah pelanggaran privasi dan hak asasi manusia.
- Penerimaan Sosial: Tindakan drastis dan koersif kayak gini kemungkinan besar gak bakal diterima oleh masyarakat Jepang yang dikenal menghargai privasi dan keputusan pribadi.
- Efektivitas: Gak jelas apakah tindakan pemaksaan ini bakal punya dampak positif terhadap angka kelahiran. Kemungkinan besar malah bikin orang jadi benci dan ngelawan.
Jepang emang lagi menghadapi krisis kelahiran yang serius dan populasi yang menua. Angka kelahiran turun drastis dalam beberapa dekade terakhir, dan populasi menua dengan cepat. Pemerintah jadi mencari berbagai solusi, meskipun gak semuanya berhasil atau diterima dengan baik.
Fokus pemerintah sejauh ini adalah dukungan buat keluarga lewat insentif keuangan dan layanan penitipan anak, tapi hasilnya belum cukup buat promosi tren kelahiran. Usulan buat menghukum jomblo nunjukin keputusasaan buat cari solusi radikal terhadap masalah yang punya konsekuensi ekonomi dan sosial jangka panjang yang serius.
Meskipun usulan buat menghukum jomblo di atas 30 tahun ini ekstrim dan mungkin gak bisa dilaksanain, ini nunjukin betapa mendesak dan seriusnya krisis kelahiran di Jepang. Penting buat nemuin dan menerapin langkah-langkah yang lebih seimbang dan menghormati hak-hak individu buat ngatasi masalah ini.