AniEvo ID — Penggemar budaya populer Jepang atau wibu terus bertambah seiring berjalannya waktu. Terlebih, saat media sosial menjadi unsur penting di era digital sekarang.
Tanpa disadari, kehadiran wibu yang jumlahnya masif ternyata berpotensi melawan krisis iklim. Inilah yang dilihat oleh Trend Asia, sebuah organisasi masyarakat sipil independen Indonesia yang terbentuk dari ancaman perubahan iklim global.
Produk budaya populer Jepang banyak yang mengangkat isu lingkungan hingga sosio-politik dimana permasalahan ini juga dirasakan sekarang. Trend Asia menilai, dengan mengajak wibu bisa mencapai transisi energi yang bersih dan adil.
Oleh karena itu, Trend Asia menciptakan Wibu4Planet, sebuah proyek kreatif yang bertujuan mengarusutamakan pengetahuan tentang transisi energi bersih dan keterlibatan Jepang di proyek energi di Indonesia.
“Melalui Wibu4Planet, setiap orang memiliki kesempatan mengurangi dampak krisis iklim. Langkah sederhananya bisa dimulai dari mempelajari apa itu krisis iklim, menerapkan gaya hidup hemat energi, membeli produk ramah lingkungan, hingga ikut terlibat meningkatkan kesadaran publik,” kata Digital Campaigner Trend Asia, Salman Farisi dalam keterangannya.
Untuk mencapai tujuan, Wibu4Planet memberikan pendekatan melalui cerita anime dan manga Jepang yang membahas isu lingkungan dan sosial. Misal, ada Wano Kuni dari One Piece yang lingkungannya rusak akibat industri besi.
Kasus Wano Kuni mencerminkan kerusakan lingkungan dan kerugian social yang terjadi di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara karena tambang nikel. Wibu4Planet menunjukkan itu lewat VR 360 yang menekankan kemiripan lanskap geografis keduanya.
“Banyak anime, manga, dan musik Jepang yang mengambil inspirasi dari berbagai permasalahan struktural yang ada di Jepang dan dunia. Salah satunya Studio Ghibli yang terkenal sering mengangkat isu kepedulian terhadap lingkungan. Wibu4Planet juga mempercayai bahwa budaya populer bisa menciptakan interaksi yang lebih humanis dan mampu menggerakkan hati para peminatnya,” ujar Salman.
Wibu4Planet juga menerbitkan doujinshi tentang maskot Wibu4Planet, Nekobu yang bertemu dengan karakter-karakter populer dari anime, manga, maupun film Jepang. Princess Mononoke, salah satu film Studio Ghibli yang terkenal paling getol membahas isu lingkungan dan kerusakan hutan menjadi satu kisah yang diulik Wibu4Planet karena mencerminkan deforestasi hutan di Kalimantan.
Namun, kisah Princess Mononoke bukan satu-satunya benang merah yang menyatukan Jepang dengan realitas di Indonesia. Jepang juga memiliki pengaruh besar di sektor energi di Indonesia sebab mendanai beberapa proyek energi. Tetapi, beberapa proyek masih melibatkan energi kotor batubara.
Salah satunya ialah co-firing biomassa; teknologi yang membakar pelet kayu secara bersamaan dengan batubara di PLTU. Proses produksi pelet kayu itu yang menyebabkan deforestasi.
“Biomassa yang sering disebut sebagai sumber energi terbarukan sebenarnya bentuk greenwashing sebab turut mendorong deforestasi hutan-hutan alam di Indonesia dan memperburuk krisis iklim,” ujar, Bioenergy Campaigner Trend Asia Amalya Oktaviani.
Meski begitu, Wibu4Planet juga ingin menunjukkan bahwa budaya populer Jepang bisa menjadi cara untuk mempromosikan energi bersih terbarukan. Kota Pendragon dari Code Geass menjadi contoh baik kota modern yang menggunakan sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMh). Teknologi basis energi terbarukan dan ramah lingkungan seperti itu yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai transisi energi bersih.
“Sektor energi menjadi penyumbang terbesar gas rumah kaca ke atmosfer yang berkontribusi langsung terhadap pemanasan global. Bertransisi ke energi bersih terbarukan menjadi satu-satunya cara untuk dapat keluar dari ancaman krisis iklim yang lebih menakutkan tanpa mengurangi kualitas hidup manusia. Indonesia dengan sumber daya matahari, angin dan sungai sudah mulai bertransformasi ke energi bersih terbarukan sekalipun belum maksimal,” ujar Renewable Energy Campaigner Trend Asia Amalya Oktaviani.