AniEvo ID – Hari ini udah 7 April di Jepang, yang artinya udah lima tahun sejak anime “We Never Learn (Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai)” yang diadaptasi dari manga karya Taishi Tsutsui tayang. Meski animenya punya banyak kekurangan di akhir, terutama pas motong banyak konten, tapi sebagian besar adaptasi dari manga aslinya cukup setia kok.
Jadi, para penggemar franchise ini saranin buat skip anime-nya dan langsung baca manga aslinya aja. Soalnya, susah banget buat ngerti kekacauan yang terjadi di season kedua anime-nya, nggak bisa diabaikan juga soal hilangnya satu karakter penting, dan manga-nya sendiri kan bacaan yang seru dan santai.
Nah, itu yang bakal kita bahas hari ini. Bukan soal adaptasi animenya, tapi soal manga-nya. Meski ini komedi romantis yang dicampur sama harem lima cewek, manga ini bikin sejarah dengan nyiptain ending yang beda-beda buat tiap cewek. Ini sih biasa di visual novel (ya, game kencan yang populer di kalangan otaku), tapi jarang banget terjadi di dunia manga.
Manga ini punya total enam ending berbeda, dengan yang keenam itu bonus dimana “semua menang”. Jadi, tiap cewek punya ending bahagia mereka sendiri di universe yang berbeda: yang pertama adalah Uruka Takemoto yang punya hubungan jarak jauh sama Nariyuki Yuiga sampe mereka ketemu lagi; yang kedua adalah Rizu Ogata, yang tinggal bareng Nariyuki dan ngelola restoran ramen keluarganya; yang ketiga adalah Fumino Furuhashi, yang punya hubungan sama Nariyuki pas kuliah; yang keempat adalah Asumi Kominami, yang tinggal bareng Nariyuki di pulau kecil; dan yang kelima adalah Mafuyu Kirisu, yang tinggal bareng Nariyuki sambil kerja jadi guru.
Manga harem udah jadi format standar buat komedi romantis sekarang, dan entah kita suka atau nggak, mereka nggak bakal hilang dalam waktu dekat. “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai” dari Taishi Tsutsui sepertinya bakal jadi seri yang sukses dan menyenangkan, tapi akhirnya lupa, sampe penulisnya ngungkapin kalo bakal ada lima ending berbeda, sebuah eksperimen yang agak unik. Meski pendekatan yang nggak biasa ini bikin banyak fans seneng dan meredakan perang waifu, ini nggak gampang.
Masalah pertama, dan paling jelas, adalah salah satu endingnya keliatan lebih canonical dari yang lain, khususnya yang pertama, yang fokusnya ke Uruka Takemoto, teman masa kecil si protagonis. Meski tiap ending ada di volume mereka sendiri, ending Takemoto dimulai di halaman terakhir volume 16, yang bikin ada ketidaknyambungan yang mencolok kalo ada yang baca seri ini sampe titik dimana endingnya berbeda lalu milih satu ending buat dibaca. Ending Takemoto adalah satu-satunya yang langsung nyambung sama sisa seri.
Masalah ini tambah parah karena ending selanjutnya, khususnya yang fokus ke favorit fans, Fumino Furuhashi, nulis ulang kejadian yang jauh sebelumnya di seri. Ending Furuhashi mundurin jam ke chapter 127, satu setengah volume sebelum seri ini dibagi ke ending yang berbeda, dan mengubah satu kejadian penting. Ini bikin ending cewek yang paling populer kedua ini keliatan bahkan kurang canonical dari yang lain.
Penulisnya bilang kalo penonton bisa “mengambil ending sesuai keinginan mereka” dan dia udah merencanakan lima ending sejak awal seri. Dia pengen penonton ngerasa kalo kelima ending itu punya bobot yang sama; masalahnya adalah manga-nya nggak ngasih bobot yang sama. Kalo harus nebak kenapa “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai” jadi kayak gini, dengan lima ending yang sama tapi nggak keliatan sama, adalah karena hal ini belum pernah dilakuin sebelumnya di manga. Visual novel biasanya punya beberapa rute yang menuju ke berbagai ending, tapi ini belum pernah benar-benar dilakuin di manga, dan para editor cukup konservatif.
Barengan dengan “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai“, di majalah saingan Weekly Shonen Magazine, ada “Gotoubun no Hanayome (The Quintessential Quintuplets)” dari Negi Haruba, cerita tentang anak SMA yang dipekerjakan sebagai tutor buat lima kembar identik, salah satunya keliatan nikah di halaman pertama manga-nya. Meski kedua seri ini populer, reaksi terhadap ending “Gotoubun no Hanayome” lebih terbagi, karena pengantin di bab pertama ternyata bukan kakak yang paling populer atau yang paling jelas. Ending yang berbeda-beda bakal ngebantu banget buat karya itu dan bakal bikin orang lebih puas, itu pasti.
Tentu aja, nggak semua manga harem bakal diuntungkan dari ending yang berbeda-beda. “Nisekoi” dari Naoshi Komi, yang diterbitin di Weekly Shonen Jump sebelum “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai“, nggak pernah ada keraguan tentang siapa di antara cewek-cewek di manga itu yang bakal akhirnya sama Raku Ichijo. Meski “Nisekoi” punya banyak masalah ke arah akhir seri, itu nggak berhubungan dengan cewek mana yang bakal sama Raku, tapi karena ada arc cerita yang lemah sebelum ending, yang kepanjangan.
Meski ada masalah, eksperimen “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai” berakhir dengan positif, jadi komedi romantis harem bakal punya dua pilihan di masa depan: atau mereka ikutin rute “Gotoubun no Hanayome” dan bikin satu cewek menang, atau mereka ikutin rute “Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai” dan bikin ending buat tiap cewek. Tentu aja, ada juga pilihan yang dibenci, yaitu “nggak ada yang menang” dan karya itu berakhir dengan terbuka, tapi itu biasanya terjadi sama cerita yang mempercepat endingnya karena udah mulai anjlok.
Nah, lo gimana nih tentang ending yang berbeda-beda ini?