AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari OpenAI yang rilis Sora 2, versi kedua dari AI pembuat video mereka, tanggal 30 September lalu. Tapi baru sepuluh hari, langsung deh rame banget soal kontroversi hak cipta. Dari AS sampe Jepang, pemilik hak cipta pada protes keras, minta OpenAI gak cuma lempar tanggung jawab ke user aja, tapi harus ada perubahan nyata dari pihak mereka.
Masalah utamanya ada dua. Pertama, banyak orang mulai pake Sora 2 buat bikin video asik, kayak ngedit scene film atau anime jadi versi sendiri, bahkan sampe bikin cutscene game, trailer, atau iklan. Tapi ya gitu, gak semua orang pake buat hal positif doang.
Soalnya Sora 2 ini langsung ambil data asli tanpa edit apa-apa, makanya di sosmed lagi rame kasus-kasus jelek. Contohnya video Pikachu lagi nyuri barang, atau SpongeBob ngeparodi Hitler ngomong. Ini bikin karakter aslinya keliatan buruk, dan jelas-jelas ngerugiin pemilik hak cipta.
Kedua, yang lebih gede lagi, OpenAI pake sistem “opt-out”. Artinya, karakter yang dilindungi hak cipta defaultnya boleh dipake di platform mereka, dan pemilik hak ciptanya harus minta keluar dulu. Padahal seharusnya kan “opt-in”, alias harus dapet izin resmi baru boleh dipake. Itu prinsip dasar perlindungan hak cipta.
Charles Rivkin, ketua MPA (Motion Picture Association) di AS, bilang, “Sejak Sora 2 rilis, video yang ngejek film, acara, sama karakter anggota kami meledak di OpenAI dan sosmed.” Dia nambahin, “OpenAI bilang bakal kasih kontrol buat karakter berhak cipta secepatnya, tapi tanggung jawab cegah pelanggaran ada di OpenAI, bukan di pemilik hak cipta.”
Menurut Reuters, Disney jadi yang pertama opt-out, tapi banyak studio lain belum gerak. MPA juga tegas, sistem opt-out ini gak bisa lepasin OpenAI dari tanggung jawab hukum. Mereka bahkan keluarin pernyataan resmi, minta OpenAI segera perbaiki sistem opt-out yang ada sekarang. MPA ini organisasi besar, anggotanya Disney, Universal, Warner, Paramount, Sony, Netflix—semua raksasa film yang lo kenal.
Di Jepang, situasinya mirip. Negara itu kan pusat anime, dan setelah Sora 2 keluar, gara-gara logikanya yang mentah-mentah, cukup kasih prompt sederhana kayak “bikin trailer anime soal dua anak SMA dari kota beda yang tuker pikiran tanpa saling kenal”, eh Sora 2 malah hampir nge-clone film Your Name, sampe musiknya ikut kebawa.
Belum lagi kasus Pikachu tadi, karakter ikonik kayak Son Goku, Luffy, Mario juga jadi target video viral. Anggota DPR Partai Liberal Demokrat Jepang, Akahisa Shiokazaki, sampe desak pemerintah buru-buru selesain ini. Ada juga Satoshi Asano, anggota parlemen lain, yang bilang Nintendo lagi tekan pemerintah buat batasin penggunaan AI.
Karena udah nyentuh level pemerintah, Nintendo terpaksa keluarin statement bilang mereka gak pernah minta apa-apa ke pemerintah soal AI. Tapi tetep, pandangan Nintendo soal hak cipta gak bakal berubah, mau AI generatif atau bukan.
Sam Altman, CEO OpenAI, nulis di blog-nya tanggal 3 September waktu AS, soal rencana perubahan Sora 2. Ada dua fitur baru: satu, sebentar lagi bakal ada kontrol buat karakter berhak cipta, dan dua, bagi hasil dari video yang dibikin buat pemilik hak cipta. Tapi detail waktu, cara, harga—semua belum diumumin.
Sekarang, beberapa karakter terkenal udah di-block, jadi lo gak bisa langsung minta Sora 2 bikin animasi Pikachu lagi.
Perang hukum soal AI dan hak cipta udah mulai. Dulu pas banyak yang bikin gambar ala Studio Ghibli, udah rame diskusi. Faktanya, Juni lalu Disney sama Universal gugat Midjourney, AI gambar, karena izinin user bikin konten pelanggaran. Warner juga ikut gugat September kemarin.
Midjourney bales, katanya training AI termasuk “fair use” menurut undang-undang hak cipta AS, dan kalo user yang salah, itu urusan pelanggaran terms of service. Kasusnya belum kelar, tapi pemilik hak cipta bisa gugat per kasus pelanggaran dan dapet ganti rugi tetap.
Intinya, AI berkembang cepet banget, tapi bentrok sama aturan hak cipta yang ada sekarang. Masih butuh kecerdasan manusia buat nyelesain kontradiksi ini.