AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari cerita soal NicoNico Douga nih. Jadi, setelah sembilan bulan diblokir sama VISA, platform video terkenal asal Jepang itu akhirnya bisa nerima pembayaran pake kartu kredit lagi. Tapi, baliknya nggak gratis gitu aja loh. Mereka harus bersih-bersih besar-besaran, terutama buat konten dewasa biar VISA luluh dan mau kerja sama lagi.
VISA berhenti beroperasi di NicoNico sejak 10 Mei 2024, ngikutin jejak MasterCard (yang udah blokir sejak November 2023) sama American Express (Maret 2024). Alasannya emang nggak pernah disebut resmi sih, tapi jelas banget masalahnya ada di konten erotis yang masih eksis di platform itu.
CEO VISA JAPAN, Cietan Kitney, sampe bikin pernyataan Desember 2024 lalu, bilang kalo membatasi pembayaran di platform dengan konten dewasa itu strategi mereka buat “jaga nama baik”. Nah, ini langsung jadi bahan omongan panas, karena artinya perusahaan kartu kredit punya kuasa buat nentuin mana konten yang layak ada di internet, bahkan lebih kuat daripada regulasi pemerintah sendiri.
NicoNico coba meredam situasi dengan ngeluarin aturan baru Oktober 2024 dan mulai hapus konten-konten yang dianggap bermasalah menurut standar internasional. Januari 2025 kemarin, mereka udah ilangin sekitar 50.000 video dan tutup total platform manga erotis mereka, NicoNico Shunga. Bahkan, kategori R18 juga diganti nama jadi sesuatu yang lebih samar-samar biar susah ditemuin mesin pencari.
Hasilnya? VISA balik lagi, tapi pengguna pada nggak puas. Banyak yang ngerasa kalo NicoNico udah jual diri ke perusahaan kartu kredit, korbankan konten dewasanya cuma demi satu metode pembayaran. Masalahnya makin gede lagi: ternyata perusahaan kayak VISA dan MasterCard punya pengaruh besar buat ngeubah industri kreatif. Cuma dengan blokir sana-sini, mereka bisa nentuin mana yang boleh diposting dan mana yang nggak. Dan mengingat VISA sama MasterCard nyaris menguasai pasar kartu kredit dunia, perusahaan Jepang kayak NicoNico nggak punya pilihan lain selain nurut.
Komentar netizen juga nggak kalah pedas:
- “Yoi, pada akhirnya nggak ada yang tersisa.”
- “Ngebuang hampir semua nilai cuma buat keliatan baik, hasilnya apa? Kosong.”
- “Kalau udah nggak ada video ala NicoNico jaman dulu, apakah masih ada orang yang bayar? Kan nggak ada untungnya.”
- “Pengguna juga kabur, sekarang semuanya ‘bersih dan cantik’.”
- “Memalukan banget platform kayak gini nurut sama sensor eksternal.”
- “Buat R18 MMD kan ada alternatif lain.”
- “Bayar buat ini tuh kayak buang duit ke tong sampah.”
- “Dulu aku bayar pakai VISA buat langganan tahunan, tapi untung udah cancel. Jadi lega deh.”
- “NicoNico jaman dulu: tempat eksperimen liar penuh kreator keren. Sekarang? Tempat sampah tanpa talenta, isinya wannabe nggak berguna yang sok senior.”
- “Sekarang orang milih nyanyi, gambar, atau main game di platform lain. Komentarnya juga nggak lucu lagi, malah jadi toxic abis. Dulu kritiknya minimal ada unsur humor, sekarang cuma marah-marah doang.”
- “Aku cuma bayar buat jaga kualitas gambar di dAnime Store. Literally, aku pake NicoNico cuma buat nonton anime.”
- “Katanya pake ekstensi Chrome bisa lihat komentar lagi, tapi males ah nyobain hal baru.”
- “Daripada ngomongin sensor, mending kita di Jepang pake JCB. Berapa banyak duit yang lari ke Amerika tiap tahun? Harusnya kita sadar pentingnya punya brand kartu sendiri.”
- “Intinya, buat user casual, sekarang NicoNico jadi makin membosankan.”
- “Katanya sih pecinta konten dewasa suka bayar mahal. Semoga ini nggak jadi kegagalan total.”
- “Gue nggak bisa cancel premium karena streamer favorit gue cuma aktif di NicoNico.”
- “Lo nggak mikir kenapa JCB jarang dipake? Soalnya udah bocor data berkali-kali.”
- “Kalau nggak bisa pake VISA, ya pasti bakal tutup.”
- “NicoNico dulu populer karena punya sedikit nuansa underground era 2000-an. Kemundurannya emang nggak terhindarkan, tapi buruknya manajemen bikin prosesnya cepet banget. Kalau nggak reinvent diri total, lima tahun lagi tinggal nama.”
- “Harusnya streaming erotis juga dikandangin. Terlalu banyak VTuber yang ngelakuin cuma karena di YouTube nggak bisa.”
- “Kita nggak bisa salahkan NicoNico pilih untung ketimbang konten, tapi sedih banget lihat budaya subtitling di Jepang dihancurin sama perusahaan Amerika.”
Jadi gimana menurut lo? Apakah ini akhir dari NicoNico sebagai platform kreatif underground atau cuma fase transisi menuju sesuatu yang baru?
(C) 2025 はちま起稿 All rights reserved.