Jepang tidak terlalu romantis jika dibandingkan dengan banyak tempat di belahan bumi bagian barat. Pasangan disana cenderung tidak langsung mengatakan “Aku cinta kamu” kepada satu sama lain, serta hal-hal yang berhubungan dengan kasih sayang di depan umum relatif jarang serta sangat tertutup.
Disini kita kan membahas kemungkinan apakah seorang pria bisa kehilangan kesempatannya dengan wanita di Jepang ketika ia tidak mengeluarkan biaya untuk kencan?
Itulah topik yang ingin dijelajahi oleh portal Internet Jepang bernama Sirabee. Dalam survei baru-baru ini, mereka bertanya kepada wanita di Jepang, “Jika seorang pria tidak membayar segala sesuatu kepada pasangannya pada kencan pertama, apakah Anda akan berhenti menganggapnya sebagai calon pasangan romantis?”
Survei mengumpulkan 939 tanggapan, dan 25,8 persen wanita mengatakan bahwa jika seorang pria tidak bersedia untuk sepenuhnya menutupi biaya kencan pertama, dia tidak boleh menyia-nyiakan waktunya untuk meminta kencan kedua.
Namun, ada beberapa perbedaan yang cukup besar antara wanita dari kelompok usia yang berbeda, dengan demografi seperti di bawah ini:
“Jika seorang pria tidak membayar semuanya pada kencan pertama, saya tidak dapat menganggapnya sebagai calon pasangan romantis”
- Wanita di bawah umur 20 tahun: 14 persen
- Wanita berumur 20-29 tahun: 22,1 persen
- Wanita berumur 30-39 tahun: 21,1 persen
- Wanita berumur 40-49 tahun: 27 persen
- Wanita berumur 50-59 tahun: 36,7 persen
- Wanita berumur 60-69 tahun: 31,5 persen
Kelompok “pria yang harus membayar” yang paling banyak adalah wanita berusia 50 hingga 59 tahun. Karena kebanyakan orang mulai berkencan di usia remaja atau awal 20-an, kelompok usia tersebut akan memasuki kelompok kencan ketika ekonomi di Jepang sedang tumbuh sangat pesat, yang mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.
Administrator survei berpikir bahwa membentuk sikap mereka tentang berkencan saat booming ekonomi kemungkinan membuat wanita tersebut lebih terbiasa dengan gaya pacaran di mana pelamar mereka punya banyak uang untuk dibakar.
Di sisi lain, wanita yang lebih muda, yaitu mereka yang memasuki masyarakat dewasa setelah akhir dari periode Ekonomi Gelembung Jepang (Japan’s Bubble Economy), jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berpikir bahwa pria harus membayar semuanya.
Mungkin ada dua faktor yang berperan di sini, yang pertama adalah pemahaman yang lebih besar bahwa pada kenyataannya, uang tidak tumbuh di pohon. Dan bahkan jika hal seperti itu terjadi di tahun 80-an, ada juga fenomena sosial di Jepang dimana para perempuan berusia kurang dari 40 tahun sudah memiliki inisiatif untuk bekerja di luar rumah, setidaknya sampai menikah atau lebih lama.
Memiliki penghasilan sendiri, membuat mereka lebih mampu menawarkan diri untuk membayar sebagian dari biaya kencan daripada wanita yang lebih tua ketika mereka mulai berkencan.
Karena itu, sangat mungkin sikap wanita Jepang tentang apakah seorang pria harus membayar untuk kencan pertama atau tidak akan terus melunak di masa depan.
Namun, meskipun survei tidak mengangkat masalah ini, cukup banyak juga wanita dari segala usia yang setidaknya menghargai sikap pria yang menawarkan dirinya untuk membayar.
Jadi seorang pria mungkin masih cukup bijaksana untuk mengatakan “Saya yang membayar” pada saat kencan, meski mereka tidak perlu memaksa.
Sumber: Sirabee, Soranews24