AniEvo ID – Nikuba, dikatakan dengan teknologi ini air dapat diubah menjadi pengganti BBM. Air adalah elemen penting dalam kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Kini air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga sebagai sumber energi. Sebagai contoh, sudah banyak dibangun PLTA dan OTEC.
Air adalah senyawa terpenting. Air memiliki jumlah yang besar dan selalu konstan. Inilah mengapa banyak yang menyebut bahwa air adalah sumber energi terbarukan paling efektif dan terbaik. Selain itu, energi hidroelektrik juga memiliki potensi besar, stabil, dan yang terpenting tidak menyebabkan emisi gas rumah kaca.
Hal ini yang menjadi alasan awal dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pada abad ke-18 di Inggris. Selanjutnya, pada akhir abad ke-19, mulai dibangun PLTA modern dan dengan berbagai jenis. Pada saat yang sama, teknologi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) juga mulai dikembangkan.
Namun, apakah OTEC bisa dimasukkan ke dalam kategori PLTA? Begitu juga dengan Nikuba, karena kedua teknologi tersebut memiliki prinsip yang sangat berbeda dengan PLTA pada umumnya. Yuk, cari tahu jawabannya, karena di artikel kali ini kita akan membahas berbagai bentuk PLTA, cara kerja OTEC dan Nikuba.
Berbagai Bentuk PLTA
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah sebuah teknologi untuk mengubah energi kinetik (gerak) air menjadi listrik. Kebanyakan jenis PLTA memiliki prinsip kerja yang sama, yaitu energi kinetik air diubah menjadi energi mekanik yang menggerakkan turbin. Turbin ini kemudian digunakan untuk menggerakkan generator yang akan menghasilkan listrik.
PLTA yang umumnya dikenal mungkin adalah yang memanfaatkan gerak air pada sungai atau waduk. Sebenarnya, pembangkit listrik tenaga air memiliki banyak bentuk lain, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Ombak dan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut. Kedua teknologi ini tidak ditempatkan di sungai, melainkan di laut.
Meskipun berada di tempat yang berbeda, prinsip dasarnya sama seperti pada umumnya. Pembangkit listrik tenaga ombak menggunakan energi kinetik yang dihasilkan oleh gelombang laut yang menghantam perangkat atau baling-baling khusus. Begitu pula dengan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut dan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut.
Di zaman modern ini, PLTA mengalami banyak pengembangan bentuk. Hal ini dikarenakan air memiliki jumlah yang besar dan stabil. Selain itu, air juga tersedia di mana saja. Biaya operasionalnya juga relatif murah dan usia pelayanannya pun panjang. Oleh karena itu, air dianggap sebagai sumber energi terbarukan bersih yang terbaik.
Apa Itu OTEC?
OTEC singkatan dari Ocean Thermal Energy Conversion atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Konversi Energi Termal Laut. Dalam konteks ini, termal berarti panas yang ada pada permukaan laut atau lebih dalam. Jadi OTEC tidak dapat dikategorikan sebagai PLTA, karena sumber energi yang diambilnya adalah perbedaan suhu di lautan.
Sekali lagi, OTEC adalah teknologi yang mengkonversi perbedaan suhu antara permukaan air laut yang hangat dan lapisan air laut yang lebih dalam yang lebih dingin menjadi energi listrik. Meskipun media pengumpul panasnya adalah air, namun konsepnya berbeda dengan pembangkit listrik tenaga air seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Mengutip dari Kumparan.com, untuk dapat bekerja, dibutuhkan kedua lapisan lautan (permukaan dan laut dalam) untuk menyerap panas matahari dan memiliki perbedaan suhu 25°C. Proses ini melibatkan air laut yang bergerak dari dasar laut ke permukaan, dan sirkulasi air ini digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.
Sederhananya, OTEC bekerja dengan memanfaatkan perbedaan temperatur permukaan dan laut dalam untuk membangkitkan tenaga listrik. Prosesnya dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan suhu untuk menguapkan Amonia atau Freon. Tekanan uap yang timbul kemudian digunakan untuk memutar turbin yang akan menghasilkan energi listrik.
OTEC akan memompa air laut permukaan yang bertemperatur hangat dan diuapkan dalam turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian uap air tersebut akan dikondensasikan kembali dengan menggunakan air laut dalam (dingin), dan proses ini berulang dalam siklus berkesinambungan. Bisa dikatakan bahwa ini meniru siklus pembentukan hujan.
Teknologi OTEC sangatlah wajib diterapkan di banyak perairan Indonesia, mengingat laut kita sangat luas. Ini adalah energi terbarukan yang bersih dan berkelanjutan karena jumlah air selalu tetap dan perbedaan suhu antara permukaan dan laut dalam konstan. Bahkan, OTEC juga bisa digunakan untuk mengatur suhu air dalam kolam budidaya binatang laut.
Nikuba, Alat Perubah Air Menjadi BBM (?)
Aryanto Misel adalah nama yang sedang viral belakangan ini. Ia mengklaim telah menciptakan sebuah alat yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar. Ia memberi nama penemuannya “Nikuba“, yang merupakan akronim dari ‘Niku Banyu’ atau ‘Ini Air’. Dari banyak penemuan yang telah dia buat, Nikuba adalah yang paling kontroversial.
Bagaimana tidak, karena Aryanto mengklaim bahwa alat penemuannya bisa membuat air menggantikan BBM. Bahkan, ia menyatakan bahwa 1 liter air saja cukup untuk perjalanan dari Cirebon ke Semarang (240 KM). Klaim ini terdengar sangat meragukan bagi banyak pihak, termasuk beberapa peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sebenarnya, Nikuba bukanlah teknologi pertama yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar. Cara kerja Nikuba ini juga merupakan proses yang sudah ada sejak lama dalam ilmu dasar fisika dan kimia, yaitu elektrolisis. Proses ini menggunakan arus listrik untuk memisahkan senyawa menjadi unsur-unsurnya.
Nah, teknologi Nikuba ini sendiri digunakan aki atau baterai kendaraan untuk melakukan proses elektrolisis. Menurut Aryanto, seperti yang dikutip dari CNN, hasil dari elektrolisis nantinya akan memecah air menjadi oksigen dan hidrogen. Hidrogen ke pembakaran, oksigen elektrolisis kembali. Oksigen sebenarnya tidak diperlukan dalam proses elektrolisis.
Jika memang seperti itu cara kerjanya, maka bahan bakar utamanya di sini sebenarnya adalah aki tersebut, sementara air hanya menjadi perantara. Dan bila ini terus berlanjut, maka aki akan habis. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Fajrul Fx, energi yang dihasilkan itu kecil dan tidak bisa dibagi untuk menjadi energi gerak dan mengecas kembali aki.
Jadi, cara kerjanya hanya akan merugi, dan faktanya kendaraan yang digunakan untuk uji coba masih menggunakan bensin. Perlu diluruskan, Nikuba tidak bisa mengubah air menjadi 100% bahan bakar, melainkan hanya berfungsi sebagai penghemat BBM. Itulah yang disampaikan oleh peneliti BRIN, Deni Shidqi, seperti yang dikutip dari CNN.
-Penutup-
Air, yang dulunya hanya digunakan kebutuhan sehari-hari, kini bisa dimanfaatkan sebagai penghasil energi. Jumlahnya yang besar, tetap, serta peranannya yang sangat penting, telah mendorong manusia untuk berevolusi. Benar, berevolusi dalam menciptakan banyak penemuan teknologi yang mampu mengolah air menjadi energi listrik hingga bahan bakar.
Namun, perlu diingat agar berhati-hati terhadap berita-berita yang tersebar mengenai Nikuba, karena banyak di antaranya hanyalah clickbait. Sebagai contoh, Aryanto memang pernah pergi ke Italia untuk mempresentasikan penemuan tersebut, tetapi bukan kepada Ferrari atau Lamborghini seperti yang sering disebutkan dalam banyak judul berita.
Demikianlah pembahasan artikel tentang teknologi ini. Sekali lagi, air adalah senyawa terpenting bagi semua makhluk hidup, bahkan bagi bumi kita sendiri. Kini penggunaan air juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, mari kita jaga lingkungan kita agar tetap bersih dan terjaga keberlanjutannya. Terima kasih sudah menyimak!