AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari Kota Tua Kyoto, tempat seorang turis asal Amerika bikin onar dengan merusak kuil bersejarah karena mabuk. Seorang turis AS nekat panjat pagar kayu Shoden Eigen-in, kuil berusia ratusan tahun yang merupakan bagian dari situs budaya Kyoto. Aksinya menyebabkan struktur rapuh itu patah dan merusak pintu di dekatnya.
Turis Ini Malah Rusak Kuil Karena Mabuk
Kejadiannya pas dini hari, sekitar jam 6:20 pagi. Si turis, dalam keadaan mabuk berat, mencoba masuk ke Shoden Eigen-in lewat pintu belakang. Setelah nggak bisa masuk secara normal, dia malah memanjat pagar kayu yang mengelilingi aula utama kuil.
Padahal pagar itu bukan pagar biasa. Itu adalah struktur bersejarah yang udah ditetapin sebagai Situs Warisan Budaya Prefektur Kyoto sejak 2015. Karena kondisinya rapuh, pagar tersebut langsung patah saat dipanjat. Belum lagi kerusakan tambahan pada pintu di dekatnya.
Kuil Langka yang Biasanya Tertutup untuk Umum

Shoden Eigen-in ini punya sejarah panjang. Didirikan sejak awal abad ke-13, kuil ini terkait erat sama Oda Urakusai, adik dari legendaris Oda Nobunaga. Jadi, lo bisa bayangin betapa pentingnya kuil ini secara budaya dan historis.
Biasanya, kuil ini nggak dibuka untuk umum , dan sistem keamanannya juga minimal. Hal inilah yang bikin tindakan si turis semakin disayangkan — dia merusak warisan budaya yang langka dan sulit digantikan.
Minta Maaf Pakai Google Translate

Setelah semalaman berlalu, si turis balik lagi ke kuil dalam keadaan sadar. Dia langsung menemui kepala pendeta kuil, Keinin Magami, dan menggunakan aplikasi penerjemah di HP-nya buat menyampaikan permintaan maaf.
Katanya, “Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Saya benar-benar minta maaf,” sambil menjelaskan bahwa niat awalnya cuma pengen lihat kuil dari dekat. Meskipun permintaannya tulus, tetap aja kerusakan udah terjadi dan proses pemulihan nggak akan mudah.
Pihak Kuil Nggak Lapor Polisi, tapi Perlu Biaya Perbaikan
Menurut pernyataan resmi dari kuil, mereka nggak berniat membuat laporan resmi ke polisi. Namun, proses perbaikan sudah mulai direncanakan. Sayangnya, biaya perbaikan bisa jadi besar karena material dan teknik restorasi harus sesuai standar budaya.
Selain itu, kuil ini jarang dikunjungi dan hanya dipakai untuk ritual tertentu. Jadi, pagar dan pintu yang rusak itu adalah aset budaya tak tergantikan , baik dari segi nilai sejarah maupun arsitektur.
Lonjakan Turis Bikin Masalah Baru di Jepang

Jepang emang sedang ramai-ramainya dikunjungi turis mancanegara setelah pandemi. Banyak kota-kota besar kayak Tokyo, Osaka, dan Kyoto kembali hidup karena pariwisata.
Tapi di balik itu, muncul masalah baru: overtourism atau pariwisata berlebihan. Tekanan terhadap masyarakat lokal, landmark budaya, dan situs bersejarah makin tinggi.
Sayangnya, banyak turis yang nggak peduli atau nggak tau aturan. Contoh lain kasus serupa terjadi di Bandara Naha, Okinawa, di mana seorang turis terekam sedang menendang dan meninju mesin penjual otomatis, sampai bikin penumpang lain syok.
Penutup
Jadi, kejadian kayak gini harus jadi pelajaran buat semua pihak, baik dari sisi pemerintah Jepang maupun para turis yang datang. Budaya dan sejarah itu nggak murah harganya. Kalau udah hilang atau rusak, susah banget bahkan mustahil buat mengembalikannya seperti semula.
Gue harap pemerintah Jepang bisa lebih proaktif lagi dalam melindungi situs-situs bersejarah mereka, sekaligus meningkatkan edukasi buat wisatawan asing.
Dan buat lo yang rencana traveling ke Jepang, inget ya: respect the culture, jangan seenaknya sendiri. Jangan sampe kelakuan lo malah bikin negara tujuan rugi dan bikin buruk citra turis dari negara lo. Sampai jumpa di artikel berikutnya.