AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari kebijakan terbaru Prefektur Shizuoka, Jepang, yang mulai memungut biaya masuk sebesar ¥4.000 (sekitar Rp500 ribu) buat pendaki Gunung Fuji. Kebijakan ini berlaku di musim pendakian 2025, dan langsung jadi sorotan karena tujuannya bukan cuma soal uang, tapi juga melestarikan gunung paling ikonik di Jepang ini.
Pendaki Gunung Fuji dari jalur Shizuoka kini harus siap dana tambahan sebelum mendaki. Mulai tahun ini, biaya masuk resmi sebesar ¥4.000 per orang wajib dibayar oleh semua pendaki. Bukan buat kas daftar atau jasa pemandu, tapi untuk menjaga lingkungan gunung, cegah pendakian liar, dan pastikan semua pendaki punya pengetahuan dasar keselamatan.
Biaya Baru, Aturan Lebih Ketat

Mulai dari musim pendakian 2025, Prefektur Shizuoka menerapkan sistem baru buat pendaki yang naik lewat jalur Fujinomiya, Subashiri, dan Gotemba. Semua pendaki wajib daftar online , isi data seperti nama lengkap, tanggal pendakian, dan rencana akomodasi termasuk apakah mereka akan menginap di pondok gunung.
Prosesnya dilakukan lewat aplikasi resmi bernama Shizuoka Fuji Navi , tempat pendaki juga bisa bayar biaya masuk sebesar ¥4.000. Selain itu, ada syarat tambahan: harus nonton video edukasi selama 5 menit tentang keselamatan dan etika pendakian, lalu lulus ujian singkat dengan sekitar lima pertanyaan.
Setelah itu, saat hari H, pendaki harus tunjukkan izin masuk mereka di stasiun kelima dari tiga jalur tersebut dan bakal dapat gelang identitas sebagai tanda mereka sudah registrasi resmi. Selain via aplikasi, opsi registrasi dan pembayaran secara langsung di lokasi juga tetap tersedia di stasiun kelima. Ini penting buat pendaki yang kurang familiar sama teknologi atau lebih suka urusan manual.
Tujuan Utama: Cegah Kerusakan Lingkungan

Biaya masuk ¥4.000 ini nggak sekadar dipungut begitu aja. Uangnya langsung dialokasikan buat program konservasi lingkungan Gunung Fuji , termasuk pemeliharaan jalur pendakian, pengelolaan sampah, serta pembayaran petugas keamanan dan penyelamatan. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah pendaki malam hari , alias “panjat tebing” yang sering bikin antrian panjang di puncak dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Langkah ini juga diambil bersamaan dengan Prefektur Yamanashi yang lebih dulu memberlakukan kebijakan serupa dan bahkan menaikkan biayanya dua kali lipat agar selaras dengan Shizuoka. Ini menunjukkan adanya koordinasi antar-pemerintah daerah demi menjaga keberlanjutan Gunung Fuji sebagai warisan budaya dan alam dunia yang dilindungi UNESCO.
Proyeksi Pendapatan dan Target Pengunjung
Dengan estimasi jumlah pendaki sekitar 100 ribu orang dari jalur Shizuoka selama musim pendakian (10 Juli – 10 September), prefektur ini memperkirakan akan mengumpulkan dana sekitar ¥400 juta (sekitar Rp6 miliar) dari biaya masuk ini. Angka ini lumayan besar dan bisa sangat membantu dalam menjaga keberlanjutan Gunung Fuji, yang setiap tahun dikunjungi hampir 200 ribu pendaki , sebagian besar datang dari jalur Shizuoka dan Yamanashi.
Dampak ke Pendaki Lokal dan Internasional

Kebijakan ini tentu berdampak ke semua kalangan pendaki, baik lokal maupun internasional. Meskipun terkesan mahal, banyak ahli menyambut baik langkah ini karena efektif mengurangi kerumunan dan meningkatkan kesadaran pendaki soal keselamatan dan lingkungan .
Buat para turis mancanegara, biaya ini juga menjadi semacam “entry pass” yang bikin mereka lebih siap mental dan fisik sebelum naik. Dengan adanya ujian singkat dan video edukasi, semua pendaki minimal punya bekal informasi dasar soal kondisi gunung dan aturan yang berlaku.
Penutup
Jadi, biaya masuk ¥4.000 ke Gunung Fuji bukan cuma soal duit, tapi lebih ke tanggung jawab bersama untuk menjaga alam . Dengan aturan ketat dan edukasi wajib, Shizuoka ingin pastikan pendaki bukan cuma fokus sampe puncak, tapi juga peduli sama lingkungan. Kalau lo berencana naik Fuji tahun ini, pastikanin persiapan lo komplit termasuk dompet dan pengetahuan dasar keselamatan!