AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari situasi krisis di Japan Coast Guard (JCG) . Dan isinya cukup bikin geleng-geleng kepala: hampir 400 orang staff JCG mundur kerja selama tahun fiskal 2024 karena urusan pribadi. Ini angka tertinggi sejak 2013, dan mulai bikin khawatir soal keamanan laut Jepang. Gue aja baca beritanya mikir: “Lho, kok bisa?” Padahal mereka ini kerja di instansi negara, tanggung jawab besar, dan punya peran penting dalam keamanan maritim. Tapi ternyata, urusan pribadi bisa lebih berat daripada beban dinas.
Resign Massal, Generasi Muda pada Kabur?
Tahun lalu, jumlah pengunduran diri sukarela di JCG mencapai angka 389 orang . Ini pertama kalinya jumlah personel turun sejak 2013. Sebelumnya, tiap tahun pemerintah sukses nambah jumlah pegawai antara 100–400 orang , terutama karena frekuensi kapal Tiongkok yang makin sering masuk perairan Jepang, terutama di area Kepulauan Senkaku.
Dari total 389 orang itu, ternyata mayoritas adalah generasi muda:
- 243 orang di bawah umur 30 tahun
- 93 orang di usia 30-an
Total personel JCG per akhir Maret 2024 tinggal 14.123 orang , atau 6 orang lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Bukan selisih besar, tapi efeknya bisa luas.
Sistem Kerja JCG Bikin Stress Generasi Sekarang

Menurut JCG sendiri, salah satu penyebab utamanya adalah perubahan norma kerja di masyarakat. Makin banyak pasangan yang kerja dua-duanya, dan mereka ogah harus bolak-balik pindah tempat kerja karena tugas negara.
Padahal sistem kerja JCG emang begitu setiap 2–3 tahun , personel biasanya dipindah-pindah ke lokasi lain. Banyak yang ditempatkan jauh dari rumah, bahkan pelosok. Belum lagi yang kerja di kapal besar. Mereka bisa bertugas di laut sampai 10 hari lebih sekali jalan. Selama itu, susah banget komunikasi sama keluarga karena minim akses internet.
Kapal Banyak, Awak Kosong
Secara aturan, jumlah maksimal personel JCG di tahun 2024 seharusnya 14.788 orang — naik sekitar 20% dari tahun 2009 . Sejak 2013, pemerintah juga terus tambah kuota rata-rata 170 orang per tahun , karena frekuensi kapal China yang makin sering lewat di zona kontiguitas Senkaku. Di periode yang sama, JCG juga nambah 24 kapal patroli besar , sehingga total kapal besar mereka jadi 78 unit . Rencananya, sampai 2029 bakal ada 91 kapal besar , termasuk satu kapal multifungsi raksasa.
Sayangnya, jumlah personel real di lapangan belum sampe ke kuota maksimum. Per akhir tahun fiskal 2013, kekurangan personel masih di angka 259 orang . Sekarang, per akhir 2024, angkanya melonjak jadi 665 orang ini pertama kalinya melebihi 600 . Yang paling parah adalah kekurangan awak kapal patroli besar, dengan 355 posisi kosong dan tingkat kekosongan mencapai 12% .
Kalau Masalah Ini Lanjut, Operasional Bisa Terganggu

Selain jaga keamanan wilayah laut, tugas JCG juga meliputi pencarian dan penyelamatan, investigasi kriminal di laut, menjaga keselamatan navigasi, serta riset kelautan. Kalau masalah kekurangan personel ini terus berlanjut, operasional kapal-kapal mereka bisa semakin sulit dan rawan akan risiko keselamatan.
Penutup – Solusi Belum Kelihatan, Tapi Harapan Masih Ada
“Kita seriusin masalah ini,” kata Daisuke Furukawa, kepala divisi SDM JCG ke The Yomiuri Shimbun . “Kita bakal hadapi tantangan ini dengan cara apa pun yang bisa kita lakukan, tanpa mikirin cara-cara lama. Prioritas utama kita sekarang adalah rekrut ulang personel.” Cuman, rekrut ulang doang enggak cukup. JCG harus evaluasi ulang sistem kerja mereka. Apakah fleksibel? Apakah ramah keluarga? Apakah bisa menyesuaikan dengan harapan generasi baru?
Soalnya, kalau sistem kerja tetap ketat dan rigid kayak sekarang, justru bakal makin banyak lagi yang mundur. Dan Jepang bisa kehilangan garda terdepan di lautan.