AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari kasus makan siang sekolah yang bikin heboh netizen Jepang, tepatnya di Kota Fukuoka. Jadi ceritanya, ada foto sepotong karaage (ayam goreng Jepang) yang disajikan di sebuah sekolah dasar di Fukuoka, dan fotonya langsung viral di media sosial — khususnya di X (dulunya Twitter). Banyak netizen yang bilang kalau makanannya terlihat “menyedihkan”, “kosong”, bahkan “tidak layak buat anak-anak”. Akibatnya, pemerintah setempat langsung angkat bicara, dan ternyata mereka cukup serius menanggapi kritik publik.
Foto Karaage Bikin Heboh Media Sosial
Momen yang jadi viral itu berasal dari makan siang bulan April lalu. Menu yang disajikan berupa:
- Nasi campur jelai
- Sebutir karaage seberat 60 gram (dua kali lipat dari porsi normal)
- Sup miso dengan kubis
- Susu
Total kalori sekitar 620 kilokalori , dengan biaya per porsi sebesar ¥289,47 , dan orang tua siswa membayar ¥243,15 per porsi.
Secara teknis, menu ini memenuhi standar nutrisi dan anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah kota. Tapi sayangnya, secara visual… ya gitu deh. Hanya ada satu potong ayam di atas piring kosong, dan itu membuat kesan pertama jadi kurang menggugah selera.
Netizen banyak yang protes, menyebut makanannya “terlalu sederhana” dan “kurang pantas“. Bahkan beberapa komentar menyindir: “Ini kayak makanan dari film zombie.” atau “Gimana kalau dikasih sayuran juga, walau sedikit?”
Yang lebih menarik lagi, banyak netizen asing ikutan coment, dan beberapa malah bandingin sama program makan siang di negara lain. Ada yang bilang, “Di negara saya, anak-anak dapet nasi + telur + sayur, tapi ini cuma ayam doang?”
Respon Cepat dari Walikota dan Dewan Pendidikan

Setelah ramai dibicarakan, Walikota Fukuoka, Soichiro Takashima , akhirnya memberikan tanggapan resmi dalam rapat kota tanggal 11 Juni 2025 . Dia mengaku “terkejut dan sedih” lihat foto tersebut, dan berjanji akan alokasikan dana tambahan untuk meningkatkan kualitas dan tampilan makanan sekolah.
Dewan pendidikan juga langsung gerak cepat dan umumkan rencana perbaikan besar mulai musim panas ini. Mereka bekerja sama dengan ahli gizi dan pendidikan makanan untuk:
- Gunakan bahan lokal berkualitas
- Perbaiki penyajian makanan supaya lebih menarik
- Tingkatkan peralatan makan agar pengalaman makan siang lebih nyaman
Tujuannya? Biar makanan nggak cuma bergizi dan sesuai anggaran, tapi juga enak dipandang dan dinikmati oleh para siswa .
Selain itu, mereka juga akan libatkan guru, kepala sekolah, dan bahkan siswanya sendiri dalam proses penentuan menu mingguan. Jadi, ke depannya, anak-anak bisa kasih masukan soal jenis makanan yang mereka ingin coba.
Tantangan Inflasi di Seluruh Jepang
Masalah ini bukan cuma terjadi di Fukuoka aja. Di seluruh Jepang, program makan siang sekolah sedang menghadapi tantangan besar karena kenaikan harga bahan pokok .
Beberapa daerah terpaksa ubah menu, misalnya:
- Ganti daging mahal dengan bagian yang lebih murah
- Kurangi penggunaan bahan seperti daun bawang atau peterseli
- Atur ulang porsi untuk tetap sesuai anggaran
Tapi meski begitu, Fukuoka masih berusaha menjaga keseimbangan antara nutrisi dan budget. Untuk tahun fiskal 2025 saja, kota ini sudah alokasikan ¥1,2 miliar buat program makan siang sekolah.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan Jepang, rata-rata biaya makan siang sekolah di seluruh negeri naik sekitar 10–15% dalam dua tahun terakhir karena inflasi global. Ini membuat banyak daerah harus pintar-pintar atur anggaran biar tetap bisa menyediakan makanan bergizi tanpa bebani orang tua.
Kenapa Penampilan Makanan Penting?

Banyak yang mikir, “Ya udah lah, kan kalorinya cukup.” Tapi faktanya, penampilan makanan sangat memengaruhi nafsu makan , terutama anak-anak.
Bayangin aja, lo sebagai anak SD, melihat piring kosong cuma ada satu potong ayam. Belum tentu lo semangat habisin nasi. Padahal, kalau ada tambahan lauk kecil atau warna-warni sayuran, pasti lebih menarik.
Itu sebabnya, beberapa kota di Jepang mulai investasi di desain penyajian makanan. Ada yang menggunakan piring lucu , warna-warni , atau bahkan menu bertema anime buat ajak anak-anak lebih suka makan siang di sekolah.
Dampak Viral Lebih Luas
Kasus sepotong karaage di Fukuoka mungkin terlihat sepele, tapi efeknya besar. Karena viral di medsos, pemerintah langsung merespons dengan cepat dan mau melakukan perbaikan. Ini jadi contoh bagaimana media sosial bisa jadi alat kontrol sosial yang kuat. Dari kritik warganya sendiri, pemerintah bisa sadar bahwa penampilan makanan sekolah juga penting buat semangat belajar siswa.