AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari laporan resmi pemerintah Jepang soal meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental akibat kerja. Pada tahun fiskal 2024, tercatat 1.055 kasus gangguan mental terkait pekerjaan , angka tertinggi dalam enam tahun terakhir. Pelecehan oleh atasan disebut sebagai penyebab utama.
Angka Tertinggi dalam 6 Tahun Terakhir
Jumlah kasus gangguan kesehatan mental yang dilaporkan ke pemerintah Jepang pada tahun fiskal 2024 mencapai 1.055 kasus , naik drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi dalam enam tahun berturut-turut.
Data ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang pada Rabu (25/06) lalu, dan menunjukkan semakin parahnya tekanan mental yang dialami para pekerja.
Penyebab Utama: Pelecehan dari Atasan

Dari seluruh kasus yang terjadi, pelecehan dari atasan menjadi faktor utama yang memicu stres berat hingga menyebabkan gangguan mental. Bahkan, ada 88 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri yang dikaitkan dengan tekanan di tempat kerja.
Selain itu:
- 224 kasus : pelecehan verbal dan fisik dari atasan
- 108 kasus : pelecehan dari pelanggan, termasuk kontak fisik
- 78 korban : perempuan
Ini membuktikan bahwa lingkungan kerja yang tidak sehat masih menjadi masalah serius di banyak perusahaan Jepang.
Dampak pada Pekerja Sosial & Kesehatan
Berdasarkan kategori pekerjaan, jumlah kasus terbanyak ditemukan di bidang jaminan sosial dan kesejahteraan , dengan total 270 kasus . Pekerja di bidang ini biasanya menghadapi beban emosional tinggi karena harus menghadapi berbagai situasi sulit bersama masyarakat.
Tekanan kerja yang intensif, kurangnya dukungan dari manajemen, serta jam kerja yang panjang diduga menjadi faktor utama di balik tingginya angka gangguan mental di sektor ini.
Usia Rentan: Pekerja 40-an
Jika dilihat dari usia, kelompok usia 40-an menjadi kelompok dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 283 kasus . Kelompok ini umumnya berada di posisi tengah atau atas dalam hierarki organisasi, sehingga mereka menghadapi tekanan besar baik dari bawahan maupun atasan.
Selain itu, usia 40-an juga merupakan fase di mana seseorang punya tanggung jawab finansial yang tinggi—mulai dari biaya pendidikan anak hingga cicilan rumah—yang bisa menambah beban stres.
Tanggapan dari Pihak Kementerian

Seorang pejabat dari Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan bahwa “ada sejumlah pekerja yang berada di bawah tekanan berat karena pekerjaan yang melibatkan individu lain dan perubahan lingkungan.”
Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas dunia kerja modern, di mana interaksi manusia dan tuntutan pekerjaan bisa jadi sangat melelahkan secara emosional.
Perlu Solusi Serius dari Perusahaan
Lonjakan kasus gangguan mental di tempat kerja ini menjadi alarm bagi semua pihak, terutama perusahaan dan pemerintah, untuk lebih serius menangani isu kesehatan mental di lingkungan kerja.
Beberapa langkah yang mulai diambil antara lain:
- Pelatihan manajer tentang komunikasi yang sehat
- Program mental health check-up rutin
- Penyediaan layanan konseling internal
- Edukasi tentang pentingnya menjaga batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
Namun, implementasi di lapangan masih belum merata, terutama di perusahaan kecil dan menengah.
Budaya Kerja Jepang yang Masih Melelahkan
Masalah ini juga mengingatkan kita pada budaya kerja Jepang yang terkenal keras. Jam kerja panjang, minim cuti, dan tekanan untuk tetap loyal kepada perusahaan membuat banyak pekerja sulit untuk “berhenti” meskipun kondisi mental mereka sudah sangat buruk.
Meskipun beberapa perusahaan sudah mulai mengubah kebijakan, seperti pembatasan jam lembur, perubahan budaya kerja secara keseluruhan masih berjalan lambat.
Penutup
Angka 1.055 kasus gangguan mental terkait pekerjaan dalam satu tahun adalah tanda bahaya yang nggak boleh diabaikan. Ini bukan hanya soal produktivitas, tapi soal nyawa dan kualitas hidup para pekerja.
Kalau lo sedang merasa tertekan di tempat kerja, ingat ya: kesehatan mentalmu lebih penting daripada apapun. Cari bantuan, cerita ke orang terpercaya, atau kunjungi profesional kalau perlu.
Dan buat perusahaan, jangan cuma lihat untung rugi. Investasikan waktu dan sumber daya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung kesehatan mental karyawan. Karena kerja itu penting, tapi sehat itu lebih penting .