AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari Jepang baru aja ngeluarin perubahan besar dalam sistem penjara mereka. Mulai minggu ini, sistem penjara di Jepang bakal lebih fokus ke rehabilitasi , bukan cuma hukuman berat doang. Ini adalah kali pertama sejak lebih dari 100 tahun lalu, yaitu sejak tahun 1907, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jepang direvisi secara signifikan. Perubahan ini udah disetujui oleh Parlemen pada tahun 2022 lalu, dan mulai diterapkan efektif hari Minggu kemarin. Nah, tujuan utamanya sih biar tingkat residivisme atau tindak ulang kejahatan bisa dikurangin. Caranya? Dengan ngasih narapidana program pembinaan yang sesuai sama kondisi mereka, bukan sekadar suruh kerja kasar terus.
Apa Bedanya Sistem Lama dan Baru?
Dulu, waktu narapidana masuk penjara, mereka dibagi jadi dua kategori: yang ditahan dengan kerja paksa dan tanpa kerja. Kerja paksa ini biasanya kayak ngerjain proyek manual, bikin barang-barang, atau pekerjaan fisik lainnya yang lumayan melelahkan.
Sekarang, kerja penjara nggak lagi wajib . Justru, pemerintah pengen alokasi waktu narapidana lebih banyak dipake buat bimbingan rehabilitasi, pendidikan, sampai pelatihan khusus yang bisa bantu mereka reintegrasi ke masyarakat setelah bebas.
Selain itu, lembaga pemasyarakatan juga nggak cuma dianggap sebagai tempat untuk “menghukum”, tapi lebih ke tempat pembentukan karakter ulang . Konsepnya, setiap narapidana punya potensi untuk berubah, asalkan didampingi dengan benar.
Program Rehabilitasi Disesuaikan dengan Usia dan Kondisi

Salah satu hal menarik dari revisi ini adalah adanya 24 program rehabilitasi yang berbeda-beda , disesuaikan dengan usia, kondisi fisik, psikologis, serta jenis kejahatan yang dilakukan.
Misalnya:
- Narapidana lanjut usia (di atas 70 tahun) , apalagi yang punya masalah demensia, akan ikut program Daily Care for Seniors buat menjaga fungsi tubuh dan mental mereka.
- Buat pecandu narkoba , ada program khusus pemulihan kecanduan (Addiction Recovery Program ) supaya mereka bisa lepas dari ketergantungan obat.
- Untuk kelompok usia 20-26 tahun , yang biasanya masih labil dan rawan pengaruh buruk, ada kurikulum pembinaan yang fokus ke pembentukan karakter dan kesiapan hidup mandiri.
- Yang dapat hukuman panjang (minimal 10 tahun ) juga bakal dapet treatment khusus, termasuk persiapan mental dan skill buat bisa hidup normal lagi pas keluar.
- Kalau sebelumnya semua orang diperlakukan sama meski beda usia dan kondisi fisik, sekarang nggak lagi. Misalnya, narapidana tua lebih difokuskan ke pemeliharaan kesehatan fisik dan mental , bukan disuruh kerja berat.
Penempatan Sesuai Program & Evaluasi Berkala
Setiap narapidana nggak langsung dikirim ke sembarang penjara. Mereka akan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan yang cocok dengan program rehabilitasi yang mereka butuhkan.
Selain itu, kondisi mereka juga dievaluasi tiap 6 bulan . Jadi kalau misalnya suatu program nggak cocok atau ada perkembangan tertentu, mereka bisa dialihkan ke program lain yang lebih tepat. Ini kayak konsep personalisasi gitu deh. Bukan asal masukin penjara, tapi benar-benar dilihat potensi untuk berubah dan dibina.
Kenapa Perubahan Ini Penting?
Selama ini, sistem penjara di Jepang dianggap terlalu keras dan cenderung tidak efektif dalam mencegah kriminalitas ulang. Contohnya, pencuri toko berusia 70 tahun dan anggota Geng Yakuza bisa aja dapet perlakuan yang sama padahal kondisi dan risiko sosial mereka sangat berbeda.
Dengan sistem baru ini, pemerintah pengen mengurangi jumlah mantan narapidana yang mengulangi kejahatan karena kurangnya pembinaan yang tepat saat di dalam.
Selain itu, banyak ahli kriminologi dan aktivis HAM yang selama ini nyeritain bahwa sistem penjara yang terlalu menitikberatkan pada hukuman justru nggak efektif dalam menciptakan masyarakat yang lebih aman.
Karena itulah, Jepang memilih pendekatan yang lebih manusiawi. Mereka percaya bahwa narapidana juga punya kesempatan untuk berubah , selama mereka diberi ruang dan fasilitas yang mendukung proses tersebut.
Reaksi Masyarakat dan Dunia Internasional

Respon awal dari masyarakat Jepang sendiri cukup positif. Beberapa keluarga narapidana menyambut baik langkah ini karena mereka berharap sanak saudara mereka bisa keluar dengan mindset yang lebih baik , bukan malah tambah frustrasi dan dendam.
Di sisi internasional, perubahan ini juga mendapat apresiasi dari beberapa negara yang punya sistem penjara serupa. Beberapa negara Eropa bahkan udah menerapkan sistem seperti ini sejak lama, dan hasilnya cukup bagus dalam menekan angka kejahatan ulang.
Tapi tentu saja, tetap ada skeptisisme. Ada yang bilang bahwa ini terlalu idealis dan mungkin sulit diterapkan secara merata. Tapi ya, namanya juga perubahan, pasti butuh waktu dan evaluasi berkala.
Penutup
Jadi, amandemen UU Hukum Pidana Jepang ini bukan cuma soal ubah aturan hukuman, tapi lebih ke arah memperbaiki masa depan para narapidana. Fokusnya sekarang adalah pemulihan, pembelajaran, dan pembinaan diri , bukan hanya balas dendam hukum.
Kalau berhasil, ini bisa jadi contoh baik buat negara lain yang juga ingin menyempurnakan sistem peradilan penjaranya. Semoga aja langkah ini bisa beneran ngurangin angka kejahatan dan memberi kesempatan kedua bagi mereka yang bersalah. Tetep pantengin AniEvo ID buat update info terbaru seputar teknologi, game, budaya, dan berita internasional ala anak muda. Sampai ketemu di artikel selanjutnya!