AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari langkah terbaru pemerintah Jepang buat ngejaga stabilitas harga beras di tengah kelangkaan dan kenaikan harga yang bikin rakyat geleng-geleng. Pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan rencana pelepasan tambahan 200.000 ton beras dari stok nasional , yang akan disalurkan langsung ke pengecer mulai dari toko kecil sampai supermarket besar. Langkah ini diambil oleh Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi sebagai upaya untuk menekan kenaikan harga beras yang belakangan sempat tembus hingga 4.223 yen per 5 kg , atau naik dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Kenapa Harus 200.000 Ton?
Beras sebanyak itu bakal terdiri dari 100.000 ton dari hasil panen tahun 2020 , dan 100.000 ton lagi dari panen 2021 . Pemerintah berharap beras hasil panen 2020 bisa dijual ke konsumen dengan harga lebih murah, yaitu 1.700 yen per 5 kg , jauh di bawah harga pasar saat ini.
Tujuannya jelas: biar masyarakat bisa beli beras dengan harga lebih terjangkau dan tekan lonjakan inflasi bahan pokok.
Selain itu, ini juga bagian dari strategi pemerintah buat ngasih sinyal ke pasar bahwa pasokan beras masih aman, biar pedagang atau produsen nggak nekat menimbun barang buat cari untung sendiri.
Cadangan Nasional Menipis, Tapi Masih Aman

Setelah langkah pelepasan ini, cadangan beras pemerintah tinggal sekitar 100.000 ton , turun drastis dari angka awal 910.000 ton sebelum pemerintah mulai melepas stok secara bertahap sejak Maret dan April lalu.
Meski begitu, Koizumi memastikan kalau cadangan tersebut masih cukup untuk menghadapi situasi darurat seperti bencana alam atau gagal panen besar-besaran. Ia juga mencontohkan bahwa pada tahun 2011 setelah gempa dan tsunami Tohoku, hanya sekitar 40.000 ton beras saja yang diperlukan untuk respons darurat.
Namun, penurunan cadangan ini tentu bikin banyak pihak was-was. Apalagi kalau dalam waktu dekat terjadi gangguan pasokan domestik, bisa jadi pemerintah harus cepat-cepat cari solusi lain, termasuk impor.
Distribusi Langsung ke Konsumen
Menurut Koizumi, beras ini nggak cuma bakal masuk ke ritel besar, tapi juga toko-toko lokal dan toko khusus supaya distribusinya lebih merata. Kementerian Pertanian sudah mulai membuka pendaftaran bagi para pengecer yang ingin ikutan program ini sejak hari Rabu (10/6/2025).
“Kami akan segera mengirimkan beras yang ditimbun tersebut agar dapat sampai ke tangan konsumen dengan harga yang lebih murah,” ujar Koizumi saat jumpa pers.
Ini adalah langkah yang cukup unik karena biasanya beras dari stok pemerintah dilelang ke grosir, bukan langsung ke pengecer. Dengan pendekatan baru ini, diharapkan harga eceran bisa lebih stabil dan tidak dimonopoli oleh distributor besar atau oknum penimbun.
Lonjakan Harga karena Penimbunan?
Harga beras di Jepang memang udah mulai susah ditebak sejak musim panas tahun lalu. Stok di toko-toko sering kosong, dan harga terus merangkak naik.
Pemerintah menduga, salah satu penyebab utama adalah penimbunan beras oleh pedagang grosir dan petani yang berharap harga bakal terus naik. Praktik kayak gitu otomatis bikin pasokan di pasar semakin ketat dan harga melonjak. Selain itu, faktor cuaca buruk yang memengaruhi hasil panen beberapa tahun terakhir juga jadi salah satu alasan kenapa pasokan beras sempat terganggu.
Upaya Awal: Pelepasan Stok dan Impor

Langkah pelepasan stok ini bukan pertama kali dilakukan. Awal tahun ini, pemerintah udah mulai melepaskan sebagian cadangan untuk mengatasi kelangkaan distribusi, yang merupakan hal langka karena biasanya stok hanya dilepas dalam situasi darurat.
Selain itu, Menteri Koizumi juga menyatakan rencana untuk meningkatkan impor beras guna menjaga pasokan domestik tetap stabil. Ini penting karena permintaan beras di Jepang sendiri mencapai sekitar 6,7 juta ton per tahun . Dengan kombinasi antara stok nasional, produksi lokal, dan impor, pemerintah berusaha membangun sistem pasokan yang lebih kuat dan fleksibel.
Evaluasi Kebijakan Beras Jepang
Sebelumnya, pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba juga udah mengadakan rapat khusus untuk evaluasi kebijakan beras nasional. Salah satu fokusnya adalah mencari tahu kenapa tren kenaikan harga bisa terus berlanjut meskipun produksi dalam negeri relatif stabil.
Langkah-langkah yang diambil sekarang memang bertujuan untuk menekan harga dalam jangka pendek, tapi pemerintah juga sadar kalau perlu ada reformasi sistem distribusi dan manajemen stok dalam jangka panjang.
Termasuk di dalamnya adalah revisi aturan soal siapa saja yang boleh mengakses stok pemerintah, serta transparansi data pasokan dan distribusi beras di seluruh wilayah Jepang.
Ganti Menteri, Ganti Strategi

Koizumi sendiri baru menjabat sebagai Menteri Pertanian sejak 21 Mei 2025 , menggantikan Taku Eto yang mundur gegara kasus kontroversial soal hadiah beras dari para pendukungnya.
Saat menjabat, Koizumi langsung mengambil langkah tegas dengan melepaskan 300.000 ton beras sebelumnya lewat metode penjualan langsung ke pengecer, strategi yang jarang digunakan selama ini. Menurutnya, cara ini lebih efektif biar beras bisa langsung tersedia di pasar dan dinikmati oleh masyarakat umum, bukan cuma disimpan oleh para penimbun.
Apakah Ini Cukup Efektif?
Kalau dilihat dari strategi dan eksekusi, langkah ini memang punya potensi besar buat menekan harga beras dalam waktu dekat. Dengan harga eceran yang lebih rendah dan distribusi yang lebih luas, harapannya inflasi bahan pokok bisa mereda.
Tapi, tantangan terbesarnya sekarang adalah memastikan beras benar-benar sampai ke tangan konsumen dan nggak malah ditampung lagi oleh oknum-oknum yang ingin memanfaatkan situasi. Selain itu, koordinasi antara pemerintah pusat, distributor, dan pengecer harus tetap ketat biar tidak terjadi distorsi di lapangan.
Kesimpulan
Pelepasan 200.000 ton beras oleh pemerintah Jepang adalah langkah penting dalam usaha menstabilkan harga beras yang sempat membuat masyarakat resah. Meskipun cadangan negara menipis, pemerintah memastikan kalau jumlah yang tersisa masih cukup untuk menghadapi situasi darurat.
Dengan kombinasi pelepasan stok, kontrol distribusi, dan rencana impor, Jepang berusaha keras untuk memastikan pasokan beras tetap aman dan harga bisa kembali normal. Semoga langkah ini bisa memberikan dampak nyata dan meringankan beban masyarakat dalam jangka pendek, sambil membangun sistem distribusi yang lebih kuat di masa depan.