AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari kesepakatan antara Jepang dan Filipina untuk memperkuat hubungan militer mereka dalam menghadapi ketegangan maritim dengan China, khususnya di Laut Cina Selatan. Dalam pertemuan di Singapura pada 5 Mei 2025, Menteri Pertahanan kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama operasional, termasuk ekspor teknologi pertahanan dan pembentukan kerangka dialog strategis tingkat tinggi sebagai kelanjutan dari nota kesepahaman yang ditandatangani bulan Februari lalu.
Kerja Sama Militer yang Semakin Solid

Jepang dan Filipina sadar betul bahwa ancaman maritim dari China bukan lagi isapan jempol belaka. Bentrokan berulang antara kapal-kapal Filipina dan China di sekitar Beting Ayungin (Second Thomas Shoal) serta intrusi rutin kapal China di wilayah Kepulauan Senkaku — yang diklaim oleh Beijing sebagai wilayah mereka — membuat kedua negara harus mulai lebih proaktif dalam menjaga keamanan laut.
Untuk itu, Jepang mulai aktif memberikan bantuan pertahanan kepada Filipina. Pada tahun 2023 lalu, Tokyo mengekspor sistem radar pengawasan udara ke Manila, menjadi ekspor pertama produk pertahanan Jepang sejak pelonggaran larangan perdagangan senjata yang telah diberlakukan selama hampir satu dekade.
Selain itu, Jepang juga tengah menyiapkan ekspor sistem radar pantai sebagai bagian dari program bantuan keamanan baru yang diluncurkan pada tahun 2023. Program ini dirancang untuk mendukung negara-negara yang memiliki visi keamanan serupa, termasuk Filipina, dalam membangun kemampuan defensif mereka secara mandiri.
Radar tersebut sangat penting bagi Filipina dalam memantau wilayah maritimnya, terutama di area sensitif seperti Laut Cina Selatan , tempat sengketa maritim dengan China masih terus berlangsung. Dengan dukungan teknologi dari Jepang, Filipina diharapkan bisa meningkatkan kemampuan deteksi dini, komunikasi intelijen, dan respons cepat terhadap ancaman dari luar.
China Makin Tegas, ASEAN Harus Responsif

Dalam pembicaraannya, Teodoro menyebut bahwa Jepang adalah landasan untuk menjaga ketertiban di kawasan , sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa Filipina mulai memperluas kerja sama keamanannya di luar AS. Ini menjadi langkah penting di tengah kondisi regional yang makin tidak stabil akibat agresivitas maritim China.
Filipina, yang sejak lama bergantung pada AS dalam hal pertahanan, kini mulai membangun poros keamanan regional yang lebih luas. Kerja sama dengan Jepang menjadi simbol awal dari transformasi strategis ini, yang bertujuan membentuk sinergi pertahanan antarnegara demokratis di Asia-Pasifik.
Sementara itu, Jepang sendiri terus memperkuat posisinya sebagai kekuatan keamanan kawasan. Selain dengan Filipina, Tokyo juga intensif melakukan dialog pertahanan dengan negara tetangga lainnya seperti Australia, India, dan Korea Selatan , dalam rangka membangun mekanisme keamanan kolektif yang bisa menjadi counterbalance terhadap dominasi China.
Nakatani Juga Bahas Kerja Sama dengan Australia
Setelah pertemuan dengan Teodoro, Nakatani melanjutkan diskusi dengan Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles , di mana keduanya sepakat untuk meningkatkan kolaborasi keamanan bersama AS dan negara-negara “berpikiran sama” demi menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Salah satu topik penting dalam pembicaraan adalah rencana Australia dalam memperbarui armada fregatnya. Canberra sedang mempertimbangkan dua opsi: Fregat Kelas Mogami dari Jepang atau MEKO A200 buatan Jerman , untuk menggantikan Fregat Kelas Anzac yang akan pensiun dalam dekade mendatang.
Nakatani menyampaikan harapan bahwa jika Jepang dipilih, maka integrasi sistem pertahanan dan interoperabilitas antara Pasukan Bela Diri Jepang dengan militer Australia bisa ditingkatkan secara signifikan, sehingga menciptakan nilai strategis yang saling menguntungkan.
Langkah ini menunjukkan bahwa Jepang tidak hanya ingin menjadi eksportir teknologi pertahanan, tapi juga mitra strategis dalam konteks operasional militer. Interoperabilitas menjadi kunci dalam membangun sinergi pertahanan modern, terutama dalam situasi darurat atau konflik berskala besar.
Penutup: Poros Keamanan Baru di Kawasan Indo-Pasifik
Langkah Jepang dalam memperkuat hubungan pertahanan dengan Filipina dan Australia menunjukkan bahwa Tokyo tidak hanya ingin menjadi aktor ekonomi utama di Asia, tapi juga pemain keamanan yang andal.
Dengan ancaman keamanan maritim yang semakin nyata, sinergi antar negara demokratis di kawasan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Jepang, Filipina, dan Australia tampaknya sadar betul akan hal itu, dan mulai bangun poros pertahanan yang bisa menjadi penyeimbang bagi dominasi maritim China di kawasan.