AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari Jepang, di mana seorang pemimpin partai oposisi, Yuichiro Tamaki, meminta maaf secara terbuka setelah menuai kritik hebat akibat ucapannya yang menyebut stok beras cadangan pemerintah sebagai “pakan ternak”. Pernyataan itu dia lontarkan saat membahas kebijakan pemerintah melepas beras dari stok tahun 2021 untuk menekan lonjakan harga makanan pokok. Sayangnya, frasa yang dia gunakan langsung memicu reaksi keras, terutama dari kalangan petani dan politisi yang menilai ucapannya tidak sensitif dan merendahkan usaha para produsen pangan.
Kontroversi yang Cepat Menyebar

Saat memberikan pernyataan resmi, Tamaki akhirnya berkata, “Saya menyesal telah menyebabkan ketidaknyamanan bagi mereka yang telah menunggu stok beras pemerintah,” seraya menambahkan bahwa dia ingin meminta maaf secara tulus atas segala kesalahpahaman yang muncul akibat ucapannya.
Tapi permintaan maaf itu tidak cukup untuk meredam kritik yang datang bertubi-tubi.
Dalam sidang parlemen pada hari Rabu sebelumnya, Tamaki juga sempat menggunakan pernyataan serupa sebagai bagian dari argumennya menolak kebijakan pemerintah. Dia bilang, “Bahkan jika Anda mengatakan menjual dengan harga murah sesuatu yang dalam setahun akan berakhir sebagai pakan ternak, itu bukanlah sesuatu yang benar-benar dibutuhkan orang.”
Komentar itu langsung mendapat respons keras dari politisi dari partai penguasa dan oposisi lainnya.
Hiroshi Moriyama, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal (LDP), partai berkuasa di Jepang, menyebut bahwa pernyataan Tamaki “tidak menghormati para petani yang telah mencurahkan hati dan jiwa mereka dalam pekerjaan mereka.” Dia menyampaikan hal itu saat hadir dalam acara kampanye di Prefektur Kagoshima, sebuah wilayah dengan basis pertanian kuat.
Sementara itu, Yoshihiko Noda, mantan Perdana Menteri dan pemimpin Partai Demokratik Konstitusional Jepang (CDPJP), partai oposisi utama, ikut mengecam ucapan Tamaki. Dia menyebut bahwa pernyataan tersebut “tidak pantas” dan tidak seharusnya dilontarkan oleh seorang anggota parlemen.
Momen Sensitif: Harga Pangan Naik, Petani Butuh Dukungan

Di tengah tekanan ekonomi yang dirasakan banyak rakyat Jepang akibat kenaikan harga pangan , pemerintah memang mulai melepaskan sejumlah stok beras dari hasil panen tahun 2021 sebagai upaya stabilisasi harga. Tujuannya baik, yaitu agar beras tetap bisa dijangkau masyarakat umum meski harga bahan pokok terus melonjak.
Namun, komentar Tamaki dinilai banyak pihak justru melecehkan usaha para petani yang selama ini menjadi tulang punggung produksi pangan nasional. Selain itu, penggunaan kata “pakan ternak” juga dianggap menyinggung masyarakat yang masih bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat utama.
Partai Muda dengan Gaya Baru, Tapi Masih Belum Sempurna
Tamaki sendiri dikenal sebagai pemimpin partai muda yang coba menawarkan gaya politik berbeda. Partainya, Partai Demokratik untuk Rakyat, kerap membidik suara generasi muda yang muak dengan gaya politik konvensional. Dia sering tampil blak-blakan dan menggunakan bahasa yang lebih santai, mirip dengan pendekatan Gen Z dalam berkomunikasi.
Sayangnya, pendekatan seperti ini kadang justru membuatnya kehilangan sensitivitas budaya , terutama dalam isu-isu yang sangat terkait erat dengan tradisi dan identitas nasional seperti pertanian dan beras.
Penutup: Politik Itu Bukan Cuma Soal Benar-Salah, Tapi Juga Kata-Kata
Kasus ini sekali lagi mengingatkan bahwa di dunia politik, cara penyampaian sering kali lebih penting daripada maksud aslinya . Meskipun Tamaki mungkin hanya ingin menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah, cara ia menyampaikannya malah membawa dampak negatif besar.
Apakah permintaan maaf ini bisa meredam kontroversi? Atau justru akan terus memengaruhi citra partainya di mata publik? Kita lihat aja perkembangannya. Yang pasti, pelajaran hari ini adalah: Jangan sembarangan sebut beras sebagai pakan ternak kalau lo belum pernah turun ke sawah.