AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari perkembangan terbaru soal kenaikan gaji di Jepang yang cukup signifikan, tapi belum bisa mengimbangi laju inflasi. Gaji rata-rata di Jepang naik lebih dari 5% untuk kedua tahun berturut-turut, menurut data terbaru dari Konfederasi Serikat Buruh Jepang (Rengo). Dalam perundingan upah musim semi tahun ini, perusahaan besar sepakat memberikan kenaikan rata-rata sebesar 5,25 persen , atau setara dengan 16.356 yen ($110) per bulan.
Kenaikan Gaji Terbesar dalam 33 Tahun
Ini adalah pertama kalinya dalam 33 tahun terakhir bahwa kenaikan gaji di Jepang berada di atas angka 5% selama dua tahun berturut-turut. Pencapaian ini mencerminkan tekanan pemerintah dan serikat buruh agar perusahaan meningkatkan upah pekerja guna meredam dampak inflasi yang terus berlangsung.
Sayangnya, meskipun tren positif terlihat, kenaikan tersebut masih belum mampu mengejar laju inflasi. Data pemerintah menunjukkan bahwa upah riil (setelah dikurangi inflasi) turun selama empat bulan berturut-turut , termasuk pada bulan April lalu.
Perusahaan Kecil Masih Tertinggal

Yang juga menjadi sorotan adalah kesenjangan antara perusahaan besar dan kecil. Di perusahaan kecil hingga menengah, kenaikan gaji hanya berkisar 4,65 persen , atau sekitar 12.361 yen , jauh di bawah rata-rata nasional.
Menurut Akira Nidaira dari Rengo, meski cakupan perusahaan yang menaikkan gaji semakin luas, kesenjangan antar skala usaha tetap menjadi masalah serius.
“Cakupan (perusahaan) yang menaikkan upah telah meluas, tetapi sangat disayangkan bahwa perusahaan kecil hingga menengah gagal mencapai 5 persen. Kami tidak mampu menghentikan kesenjangan yang semakin besar.”
Bonus Musim Panas Tertinggi dalam Sejarah
Di sisi lain, bonus musim panas untuk pekerja di perusahaan besar mencapai rekor tertinggi sejak metode pengumpulan data diterapkan pada tahun 1981. Angkanya mencapai rata-rata 990.848 yen , naik 4,37 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kenaikan ini terjadi untuk tahun keempat berturut-turut, menandakan bahwa perusahaan-perusahaan besar mulai lebih fleksibel dalam membagikan insentif kepada karyawan.
Masalah Struktural yang Belum Terpecahkan
Shinichiro Kobayashi dari Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co. menilai, kenaikan gaji ini menunjukkan adanya perbedaan ketahanan finansial antar perusahaan.
“ Perbedaan dalam keuntungan dan ketahanan perusahaan menjadi sangat jelas,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa perusahaan kecil mungkin kesulitan merekrut tenaga kerja karena disparitas upah yang tinggi.
Sejarah Kenaikan Gaji Selama Beberapa Tahun

Sebelum 2023, kenaikan gaji hasil negosiasi musim semi di Jepang selalu berada di bawah 3 persen sejak 1995. Namun, situasi mulai berubah:
- 2023: 3,58%
- 2024: 5,10% secara keseluruhan
- 2025: 5,25%
Angka ini menunjukkan tren positif, terutama bagi pekerja di perusahaan besar. Sayangnya, perusahaan kecil hingga menengah masih tertinggal dengan kenaikan hanya 4,45 persen di 2024 dan 4,65 persen di 2025.
Dampak Jangka Panjang dan Tantangan Ke Depan
Naiknya gaji memang bagus untuk daya beli dan ekonomi secara umum, tapi efeknya belum terasa nyata bagi banyak pekerja karena harga barang dan jasa terus naik.
Selain itu, jika kesenjangan antar perusahaan terus melebar, bisa-bisa sektor UMKM akan semakin sulit bersaing, baik dari segi produktivitas maupun kemampuan membayar gaji. Pemerintah Jepang pun harus lebih aktif lagi dalam mendorong kebijakan yang bisa menyeimbangkan pertumbuhan upah di seluruh sektor ekonomi.
Penutup
Kenaikan gaji di Jepang memang menunjukkan arah positif, tapi tantangan utama tetap ada: inflasi yang tinggi dan kesenjangan antar perusahaan besar dan kecil. Kalau nggak ditangani baik-baik, ini bisa bikin banyak pekerja di sektor UMKM sulit bertahan dan memperparah ketimpangan ekonomi.