AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari Shuichi Nimura, penulis seri light novel terkenal Osananajimi ga Zettai ni Makenai Love Comedy (Osamake: Romcom Where The Childhood Friend Won’t Lose), baru-baru ini curhat tentang gimana adaptasi anime dari karyanya malah ngasih efek buruk buat penjualan novelnya. Lewat sebuah utas di Twitter, Nimura cerita bahwa meskipun adaptasi animenya sempat viral gara-gara momen tertentu, angka penjualan light novel-nya anjlok parah, terutama setelah anime-nya rilis.
Anime Osamake, yang diproduksi sama studio Doga Kobo (juga dikenal lewat karya mereka di Oshi no Ko), pertama kali tayang di musim semi 2021 (April-Juni). Dari episode perdana, animenya langsung kena kritik karena kualitas animasinya yang jauh di bawah ekspektasi. Tapi, di episode ketiga, ada adegan dance yang animasinya bikin geleng-geleng kepala dan jadi bahan meme. Adegan ini viral banget, sampai-sampai muncul banyak parodi dan bahkan versi live-action-nya di media sosial Jepang. Sayangnya, meskipun viralitas ini bikin Osamake lebih dikenal, hasilnya justru negatif buat penjualan.
Nimura blak-blakan bilang bahwa viralnya meme dan parodi dari anime itu gak ngasih dampak positif sama sekali ke novelnya. “Angka penjualan edisi pertama volume terakhir itu kacau banget,” kata dia. “Gak sampai sepersepuluh dari apa yang dijual volume pertama. Padahal bikin novel baru aja mungkin hasilnya bakal lebih bagus.” Turunnya penjualan setelah adaptasi anime emang sering terjadi, tapi kasus Osamake termasuk yang ekstrem, terutama gara-gara animenya sering dikritik habis-habisan.
Menurut Nimura, sebelum anime-nya tayang, seri novelnya justru lagi naik daun, dengan dua sampai tiga kali cetak ulang tiap bulan. Tapi, semua itu berhenti total setelah adaptasi animenya rilis. “Angkanya anjlok parah. Gak cuma berhenti cetak ulang, tapi penjualan bener-bener jatuh bebas. Kalau dibandingin angka volume terakhir sama volume pertama, bedanya udah gak masuk akal,” ungkap dia.
Meme viral kayak “Osamake Dance” emang bikin seri ini dapet perhatian besar, tapi, menurut Nimura, itu sama sekali gak ngebantu jualan buku. “Dance itu lucu dan bikin hiburan, tapi gak bikin orang beli buku,” kata dia. “Anime ini cuma jadi bahan lelucon, dan dampak komersialnya nol besar.” Hal ini ngasih gambaran jelas soal risiko adaptasi anime: kalau kualitasnya gak memenuhi ekspektasi fans, popularitas global malah bisa bikin nama asli karya itu jelek.
Dari pengalamannya, Nimura ngingetin penulis lain supaya lebih selektif pas milih tim buat adaptasi anime karya mereka. Dia bilang penting banget buat pastiin studio, sutradara, dan produser punya komitmen tinggi buat kualitas. “Jangan asal bilang ‘iya’ tanpa pikir panjang. Cari orang yang bisa lo percaya dan emang niat serius sama karya lo,” saran Nimura.
Selain itu, dia juga ngaku susah banget buat benerin reputasi setelah adaptasi anime yang gagal. “Kalau anime udah gagal di mata dunia, susah banget buat ngebalikin keadaan. Dalam kasus Osamake, gak ada jalan buat ngeperbaiki persepsi publik soal seri ini. Susah banget buat ngegain kepercayaan fans lagi kalau kualitasnya udah kena kritik,” jelasnya.
Sebagai penutup, Nimura berharap pengalaman pahitnya ini bisa jadi pelajaran buat kreator lain yang punya mimpi buat adaptasi anime. “Kalau ada penulis muda yang baca ini dan dapet kesempatan buat adaptasi anime, semoga apa yang gue bilang bisa jadi pelajaran. Jangan kompromi soal kualitas cuma buat kerja bareng tim yang gak serius,” ujarnya.
Volume terakhir dari Osamake: Romcom Where The Childhood Friend Won’t Lose dijadwalkan rilis 7 Februari. Sementara itu, cerita Nimura ini jadi pengingat penting buat semua kreator yang pengen ngeliat karya mereka jadi anime.
©2021 二丸修一/KADOKAWA/おさまけ製作委員会