AniEvo ID – Berita kali ini gue ambil dari pemikiran gue setelah marathon manhwa yang lagi hype banget, Solo Leveling. Gue ngerasain sendiri gimana rasanya ketagihan sampe nggak bisa berhenti baca. Tapi lo tau kan, kadang kalo kita mikir lebih dalam, ada beberapa hal yang bikin gue mikir ulang soal seberapa bagus sih sebenernya manhwa ini.
Gue bakal ngomong apa adanya, tanpa filter: gue ketagihan sama Solo Leveling kayak orang-orang yang nungguin episode terakhir series favorit mereka. Nggak bisa berhenti. Aksi-aksinya seru banget, gambarnya tuh kayak hasil orang begadang semaleman sambil minum kopi kebanyakan, dan perjalanan Sung Jin-woo—si karakter utama yang awalnya lemah tapi akhirnya jadi overpower—nggak bisa gue tinggalin sampe matahari udah mulai muncul di jendela. Tapi, setelah marathon semua chapter yang ada dan euforia gue agak turun, gue mulai mikir: apakah ini beneran sebagus yang orang bilang, atau kita cuma kebawa hype doang sambil nunggu chapter baru?
Jujur aja, Solo Leveling nggak nemuin formula baru buat cerita. Protagonis yang awalnya zero jadi hero udah sering banget kita lihat, dari anime-anime lawas sampe novel-novel China yang tokohnya pada latihan chi kayak nanem kedelai. Yang bikin beda adalah cara mereka ngebungkus semuanya jadi sesuatu yang visualnya epic banget dan bikin nagih. Sistem level, dungeon, musuh-musuh yang kayak boss akhir Dark Souls… semuanya dirancang biar lo nggak bisa berhenti pencet tombol “next chapter”. Tapi apakah itu cukup buat bikin ini jadi Masterpiece?
Soal gambar, gue harus ngaku, ini emang keren banget. Pertarungannya tuh brutal tapi estetik. Setiap pukulan, skill, transformasi Jin-Woo digambar dengan detail yang bikin lo geleng-geleng kepala. Kayak ada orang yang nyampur komik sama film action lalu nambahin sedikit rasa gila. Tapi kalau ngomongin cerita, nah di situ masalahnya mulai muncul.
Dilema Kekuatan

Cerita Solo Leveling sebenernya repetitif banget. Jin-Woo ngadepin musuh, naik level, jadi lebih kuat, trus ulang lagi deh siklusnya. Iya, ada momen-momen seru kayak pas dia nemuin rahasia dungeon atau ngadepin para raja monster, tapi pola dasarnya tuh gitu-gitu aja. Lama-lama bisa bikin bosan, apalagi kalau lo ngarep cerita yang lebih dalam atau karakter pendukung yang lebih berkembang. Jujur, lo inget nggak nama-nama hunter lain selain Jin-Woo? Mereka tuh cuma figuran di perjalanan dia.
Terus soal protagonisnya, Sung Jin-Woo tuh dua sisi pedang. Di satu sisi, lo pasti excited ngeliat dia berubah dari yang paling lemah jadi hampir nggak terkalahkan. Tapi di sisi lain, perkembangannya tuh kelewat ekstrim sampe akhirnya nggak ada ketegangan lagi. Emang ada musuh yang bisa ngimbangin dia? Atau kita cuma nunggu dia ngehabisin musuh di pertarungan berikutnya?
Sistem leveling yang jadi tulang punggung cerita ini sekaligus juga kelemahannya. Polanya tuh monoton banget: naik level, unlock skill baru, tambah kuat. Awalnya seru sih, ngeliat Jin-Woo dari nobody jadi dewa perusak tuh memuaskan. Tapi lama-lama, nggak bosen apa lo? Kayak main RPG yang cuma klik “upgrade” terus-terusan.
Apa yang Bisa Bikin Lebih Baik?

Nggak lebih menarik apa kalau mereka eksplor efek kekuatan ini ke dunia nyata? Misalnya, Jin-Woo nggak cuma pake kekuatannya buat ngelawan monster, tapi juga buat ngubah masyarakat atau hadapin dilema moral. Gimana kalau dia mikir keras soal punya kekuatan besar sementara hunter lain cuma bisa mati-matian buat survive? Atau gimana kalau ternyata dungeon-dungeon itu nggak sesederhana yang kelihatan dan ada konspirasi besar di baliknya? Itu bisa bikin plot twist yang epik banget, kan?
Tapi alih-alih ngasih twist macam itu, kita cuma dapet pola klasik: lebih kuat, lebih cepat, lebih invincible. Nggak sayang apa kesempatan buat bikin cerita yang lebih memorable malah dilewatin? Atau mungkin gue aja yang mikir terlalu banyak?
Kesimpulan

Meskipun banyak kritik, gue nggak bisa pungkiri bahwa Solo Leveling punya daya tarik tersendiri. Dia kayak rollercoaster emosional yang nggak kasih lo turun sampe tamat. Di era sekarang, di mana perhatian orang susah banget didapet, itu udah pencapaian besar. Plus, manhwa ini beneran revolusioner buat genre manhwa, nunjukin kalau cerita epic bisa dikemas dengan gaya visual unik dan narasi yang bikin nagih.
Tapi gue mau tanya sama lo: menurut lo, apakah Solo Leveling beneran Masterpiece atau cuma produk zamannya yang keuntungan dari hype dan viralitas? Apakah perkembangan berlebihan Jin-Woo itu keputusan yang tepat atau malah jadi blunder? Dan yang paling penting, gimana lo liat minimnya perkembangan karakter pendukung?
Ini cuma opini gue, ya. Gue nggak punya jawaban mutlak, dan pasti banyak dari lo yang punya argumen buat ngebantah atau melengkapi apa yang gue omongin. Jadi, komen aja di bawah! Lo setuju sama gue atau ngerasa gue kelewat kritis? Apa yang paling lo suka (atau kecewain) dari Solo Leveling?
Sinopsis Solo Leveling
Sejak portal muncul yang menghubungkan dunia kita dengan dunia lain yang penuh dengan monster dan makhluk dari segala jenis, beberapa orang telah memperoleh kekuatan dan kemampuan untuk memburu mereka, mendapatkan nama pemburu. Protagonis, Sung Jin-woo, adalah yang terlemah dari pemburu peringkat-E dan hampir tidak lebih kuat dari manusia normal. Dia dijuluki oleh sesama pemburu sebagai “yang terlemah”. Suatu hari, dia dan yang lainnya menemukan diri mereka terjebak di penjara bawah tanah yang sangat berbahaya, dan hanya sedikit yang selamat dan berhasil melarikan diri. Sung Jin-woo sendiri nyaris tidak bertahan dan merupakan satu-satunya yang menyelesaikan semua uji coba di penjara bawah tanah ini, menjadi “pemain”, dapat melihat antarmuka yang menunjukkan kepadanya pencarian, statistik, inventaris, toko, dan level. Akankah dia berhasil naik level untuk menjadi pemburu paling kuat?
© 나 혼자만 레벨업 / 추공 / 디앤씨미디어 (D&C MEDIA) / 카카오페이지